Senin, 24 Februari 2014

TIPS SEDERHANA CARA MENGETES PENGISIAN AKI NORMAL ATAU TIDAK February 19, 2012 Damar 3 Comments

TIPS SEDERHANA CARA MENGETES PENGISIAN AKI NORMAL ATAU TIDAK

Cara menganalisa kerusakan alternator dan aki secara sederhana

cara mengetes pengisian aki
Selamat malam untuk semua penggemar dan pecinta mobil-klasik dan antik, untuk posting kali ini saya ingin berbagi pengalaman mengenai cara sederhana untuk mengetes pengisian aki normal atau tidak. Memang kita sebagai pemilik mobil klasik antik atau mobil jadul lainnya harus bisa tahu akan kelemahan dan kondisi mobil klasik antik milik kita, apalagi mobil klasik antik yang kita miliki sudah benar-benar untuk kendaraan kita sehari-hari atau istilahnya untuk kaki kita.
Pengalaman saya yang sudah berkali-kali pakai mobil jadul antik dan klasik yang sering terjadi kadang kala secara tiba-tiba aki kok setrumnya cepat habis, apalagi biasanya secara tiba-tiba pula kalau kita pakai malam hari kok tiba-tiba lampu depan atau head lamp kok redup?
cara mengetes pengisian aki
Sampai akhirnya mati dan mobil benar-benar ikut mogok juga karena tidak ada arus listik sama sekali dari aki. Kadang kita sudah setrum lagi dan indikator pada aki juga menunjukkan bahwa aki nya masih normal hanya kurang arus saja yang memutuskan aki untuk di setrum atau untuk istilah sekarang di “charge” lagi. Baru di charge juga untuk jalan sebentar apalagi waktu malam kok tiba-tiba ngedrop lagi, nah ini berarti pengisian aki dari dinamo atau alternator nya kurang normal. Tips sederhana untuk kita tahu pengisian aki normal atau tidak yaitu pada saat mesin nyala kita lepas kabel positif dari aki kalau ternyata mesin ikut mati berarti pengisiannya tidak normal, kalau mesin masih tetap nyala berarti pengisian normal. Nah bila diketahui pengisian tidak normal berarti ada masalah pada dinamo ampere nya atau pada “cath out” nya.
cara mengetes pengisian aki
Memang kadang kala indikator pengisian aki pada dasbor juga bisa sebagai acuan untuk mengetahui keadaan pengisian aki kita, tapi untuk lebih jelas dan yakin maka kita lakukan cara sederhana seperti diatas yaitu dengan mencopot kabel positif aki pada saat mesin nyala.
Kalau untuk selanjutnya yaitu kita mengecek alternator atau dinamo amperenya dengan cara sederhana pula yaitu dengan mendekatkan obeng atau benda besi ke badan alternator atau dinamo ampere tersebut kalau terjadi gaya magnet berarti dinamo masih normal, kalau tidak ada gaya magnet berarti ada masalah pada gulungan atau kumparan dinamonya, nah kalau sudah masalah kumparan silahkan panggil saja tukang dinamo untuk menggulung kumparannya lagi, biar mggak repot ya?
Kalau dinamo normal maka yang perlu ganti hanya IC nya saja bila dinamo anda sudah pakai IC, kalau masih cath out tinggal setel saja kerenggangannya ( mudah kok ) dan tentunya akan lebih irit biayanya juga khan? Oke deh demikian sharing sederhana dari kami sesuai pengalaman yang pernah kami alami dan tentunya lebih murah dan kita tidak perlu sebentar-sebentar panggil bengkel dong…

Artikel Terkait dengan TIPS SEDERHANA CARA MENGETES PENGISIAN AKI NORMAL ATAU TIDAK

PENTINGNYA RESTORASI KABEL-KABEL PADA MOBIL TUA
PENTINGNYA RESTORASI KABEL-KABEL PADA MOBIL TUAPentingnya restorasi kabel-kabel pada mobil tua - Pertama-tama kami ingin berbagi pengalaman kepada anda penggemar mobil tua yang ingin tetap eksis dengan penampilan y

PENTINGNYA RESTORASI KABEL-KABEL PADA MOBIL TUA

PENTINGNYA RESTORASI KABEL-KABEL PADA MOBIL TUA

Pentingnya restorasi kabel-kabel pada mobil tua – Pertama-tama kami ingin berbagi pengalaman kepada anda penggemar mobil tua yang ingin tetap eksis dengan penampilan yang tetap prima. Pada sebagian orang yang belum mengenal mobil tua dan klasik memang terdengar perkataan yang agak negatif, seperti ngapain punya mobil tua, sudah nggak jaman, repot mengurusnya, susah suku cadangnya dan masih banyak lain sindiran yang menyudutkan.
restorasi kabel mobil tua
Tapi kalau kita sebagai pecinta mobil tua apalagi mobil itu punya nilai sejarah yang tinggi anggapan seperti itu tidaklah kita hiraukan. Kata pepatah dianggap pria belum mapan dan kaya kalau nggak punya mobil tua.Okelah itu sekilas info saja buat anda agar tetap semangat dalam merawat mobil tua anda.
Nah dari berbagai telepon yang sering kami terima banyak orang yang hanya setengah tanggung saja dalam mereka mau restorasi atau modifikasi mobil tua, tentu saja bila kami sebutkan biaya yang dibutuhkan untuk merestorasi sebuah mobil tua yang harganya cuma dibawah 20 jutaan dengan biaya yang hampir 2 kali atau bahkan empat kali harga mobilnya mereka langsung tidak percaya. Nah itu lah yang namanya setengah tanggung tadi.
Dalam beberapa restorasi yang kami kerjakan bukan hanya kita melakukan repaint atau hanya ngelas-ngelas saja, ada beberapa faktor utama mengenai karakteristik sebuah mobil yang mungkin tidak banyak orang yang tahu mengenai hal ini, sebagai contoh saja adalah masalah kelistrikan dan kabel-kabelnya. Kalau kita tidak mengerti dan menganggap sepele bisa sangat berbahaya karena biasanya untuk masalah kabel ini sangat rentan terjadi arus pendek. Tentunya anda sering mendengar beberapa kasus mobil terbakar bukan? Produsen mobil baru juga ada yang menarik produksinya karena permasalahan pada kabel ini.
restorasi kabel mobil tua
Untuk restorasi kabel mobil tua tentunya beda dengan mobil yang masih tergolong baru, kita harus bisa mengganti kabel-kabelnya sesuai standar aslinya dan memodifikasinya bila si pemilik menginginkan beberapa jalur untuk keperluan lainnya sehingga kita tidak melakukan jumper-jumper pada kabel yang tentunya akan sangat membahayakan karena penambahan daya yang lebih besar pada kabel standar yang kita pakai.
Dari pengalaman kami membongkar mobil tua, rata-rata kualitas kabelnya masih bagus bila mobil itu tidak banyak jumper-jumpernya, hanya terkadang kondisinya yang sudah mengeras jadi perlu diganti dengan kabel baru yang berkualitas sama.
Maka sebaiknya bila anda melakukan restorasi mobil tua anda sebaiknya perkabelan juga perlu anda pikirkan untuk di seting ulang.
Karena bila kita sedang restorasi total akan lebih mudah untuk mengecek semua perkabelannya, jangan tanggung bila anda ingin restorasi mobil tua untuk tetap tampil prima.
Pengalaman kami sewaktu melakukan test drive mobil tua yang tidak merestorasi kabelnya juga yaitu mobil mati total ditengah jalan tanpa ada aba-aba sama sekali, bayangkan bila ini terjadi sama anda, dijamin bingung dan panik apalagi bila terjadi dikeramaian kota.
Setelah mobil kami pinggirkan (tentu saja kita dorong) akhirnya kami cek semua kelistrikannya mulai dari aki apakah ada kabel yang kendur atau tidak sampai ke sekring-sekring semuanya. Bila aki tidak mengisi tentunya ada peringatan sebelumnya seperti lamu yang kian lama semakin redup atau klakson yang suaranya juga agak lemah dari pada biasanya, atau kalau mau lebih detil cara ngecek pengisian aki normal atau tidak dari dinamo amper bisa anda lakukan cara sederhana seperti yang pernah kami bahas dengan judul cara mengetes pengisian dinamo ampere (silahkan dibaca-baca lagi ya).
restorasi kabel mobil tua
Sebelum terjadi mati total dengan aki habis tanpa setrum seperti yang kami alami diatas memang sering ada tanda-tanda mobil kadang sering tersendat seperti ada bahan bakar yang mau habis atau ada kotoran dalam tankinya. Permasalahan ini yang kadang kita hanya memahaminya seperti itu, lalu kita bawa ke bengkel untuk tune up dan bisa normal lagi, nanti akan muncul masalah tersendat-sendat lagi, tune up kemudian normal lagi sampai kadang kita bosan juga dan mengira bahwa permasalahan ada pada karburator dsb.
Kembali ke permasalahan setelah kami agak lama mencari sumber permasalahan yang menyebabkan mobil tua kami mogok dengan tiba-tiba dan setrum langsung habis, langkah awal adalah kita harus jumper akinya dengan aki lain yang masih normal setrumnya, setelah kita start dan mesin bunyi kita cek semua perkabelannya, ternyata kabel pengisian dari dinamo ampere setelah kita kuliti banyak yang aus sehingga pengisian kurang lancar yang pada akhirnya secara tiba-tiba aki akan kehabisan arus dan akhirnya mati secara mendadak.
Hal tersebut diatas sebenarnya masalah sepele saja, tapi bila anda kurang berpengalaman mengenai permasalahan seperti yang kami alami yaitu mobil sering tersendat mungkin hanya seputar karburator saja yang kita jadikan biang kerok permasalahannya, padahal kelistrikan atau kabel-kabel juga sanat berperan penting sekali yang menyebabkan mobil anda mogok atau mati secara tiba-tiba.
Maka dari itulah pentingnya restorasi kabel-kabel pada mobil tua kita lakukan.
Demikian sekilas info dari kami yang mungkin bisa untuk saling berbagi pengalaman kepada anda semua pecinta mobil tua.

Artikel Terkait dengan PENTINGNYA RESTORASI KABEL-KABEL PADA MOBIL TUA

TIPS SEDERHANA CARA MENGETES PENGISIAN AKI NORMAL ATAU TIDAK
TIPS SEDERHANA CARA MENGETES PENGISIAN AKI NORMAL ATAU TIDAKCara menganalisa kerusakan alternator dan aki secara sederhana Selamat malam untuk semua penggemar dan pecinta mobil-klasik dan antik, untuk posting kali ini saya ingin berbagi ...
MENGATASI MOGOK MENDADAK PADA SAAT MESIN PANAS
MENGATASI MOGOK MENDADAK PADA SAAT MESIN PANASApakah Anda pernah mengalami kejadian mesin mati mendadak pada saat lagi berkendara dengan mobil klasik antik anda? terutama pada saat belok atau habis parkir dan ...
TIPS MERAWAT WIPER AGAR TIDAK CEPAT AUS
TIPS MERAWAT WIPER AGAR TIDAK CEPAT AUSTips merawat wiper agar tidak cepat aus - Berhubung musim hujan akan segera datang maka perawatan wiper yang benar akan sangat membantu bila anda berkendara ...
TIPS MENGANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UTAMA KELISTRIKAN MOBIL
TIPS MENGANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UTAMA KELISTRIKAN MOBILCara Menganalisa Kerusakan Komponen Kelistrikan Mobil Kali ini kami sengaja akan membahas lagi mengenai pentingnya kelistrikan mobil serta tips ringan cara menganalisanya untuk bisa kita ...

TIPS MENGANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UTAMA KELISTRIKAN MOBIL

elistrikan mobil

TIPS MENGANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UTAMA KELISTRIKAN MOBIL

Cara Menganalisa Kerusakan Komponen Kelistrikan Mobil

Kali ini kami sengaja akan membahas lagi mengenai pentingnya kelistrikan mobil serta tips ringan cara menganalisanya untuk bisa kita cek dan atasi sendiri agar tidak mengganggu kinerja mobil tua kita.
kelistrikan-mobil
Beberapa komponen yang berhubungan dengan kelistrikan mobil secara umum memang tidak bisa diperbaiki karena itu untuk pecinta mobil klasik antik perlu antisipasi dengan cara kita harus mengetahui umur komponen-komponen kelistrikan mobil tua kita sehingga kita lebih siap untuk menggantinya sebelum beberapa permasalahan datang.
Komponen sumber kelistrikan utama pada mobil antara lain:

AKI MOBIL

Komponen kelistrikan yang pertama dan utama adalah aki, secara umum umur aki mobil bila kita melakukan perawatan dengan baik bisa sampai 3 tahunan.
aki-mobil
Akan tetapi terkadang umur aki mobil kita hanya bertahan cuma 1 tahunan saja ini dikarenakan beberapa faktor perawatan aki yang kurang baik sehingga umur aki mobil kita pendek.
Beberapa faktor yang menyebabkan umur aki mobil kita pendek yaitu :
  1. Mobil sering parkir di bawah terik matahari yang panas. Suhu yang panas akan membuat cairan elektrolit di dalam aki cepat menguap sehingga mengurangi daya aki itu sendiri.
  2. Mobil sering ditinggal dalam waktu yang lama tanpa melakukan pemanasan mesin. Pemanasan mesin diperlukan selain untuk mengisi aki kembali atau recharge juga untuk  mensirkulasi oli di dalam mesin.
  3. Pemasangan aksesoris tidak standar pada mobil seperti head lamp dan audio dengan daya yang besar.
Aki yang bagus memiliki tegangan 12,6 volt sehingga jika kurang dari 12 volt berarti ada kerusakan yang membuat aki tidak mampu menyimpan tegangan listrik secara maksimal. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga air aki berada pada batas minimal dan batas atas. Bawalah cadangan air aki yang berwarna merah untuk kondisi mesin yang panas dan air warna putih untuk kondisi mesin dingin.

PLATINA atau CDI

Platina erat sekali berhubungan dengan sistem pengapian pada kendaraan dan memerlukan pergantian setiap 10.000 km. Cara mengetahui kondisi platina masih layak pakai atau sudah tidak bisa dipakai dapat dilihat secara kasat mata. Jika kondisi kontak poin masih tebal, artinya tidak perlu diganti.
Cukup dibersihkan memakai amplas tipis hingga rata dan bersih agar kontak poinnya permukaannya rata kembali. Penyebab gosongnya platina karena umur pemakaian atau loncatan bunga api yang terlalu besar misalnya bila memakai koil yang berdaya tinggi atau koil racing. Maka dari itu sesuaikan penggunaan komponen kelistrikan mobil tua anda dengan kondisi standar saja bila memang tidak ada modifikasi yang dibutuhkan.
platina dan cdi mobil
Pada prinsipnya CDI memanfaatkan sebuah sensor yang akan aktif apabila di trigger atau di pantik oleh sesusatu, dalam hal ini sensor akan aktif oleh dadu yang ada di tengah delko kita (kalau menggunakan cdi rakitan seperti punya saya menggunakan system pulser). Salah satu jenis sensor yang sering digunakan adalah sensor Hall/Sensor Camshaft. Sensor hall/Sensor Camshaft  memanfaatkan efek hall yaitu lapisan tipis semikonduktor yang diberi arus listrik (vs) akan menghasilkan beda potensial (vout) akibat terjadi perubahan medan magnet secara tegak lurus.
Tanda-tanda CDI mobil anda akan mengalami kerusakan adalah sbb :
  1. Gejala awal pada waktu kendaraan berada dalam kecepatan agak tinggi dan kecepatan konstan, terasa ada sedikit  ndut-ndutanatau “nyendal-nyendal”, kejadian ini tidak menimbulkan mesin mobil mati, kejadian ini akan berlangsung agak lama (gejalanya hampir mirip dengan  mesin mobil kekurangan suply bahan bakar ROTAX/MEMBRAN/FUEL PUMP/POMPA BENSIN bermasalah)
  2. Pada waktu kendaraan berada dalam kecepatan agak tinggi, mesin mobil tiba-tiba mati, kendaraan bisa langsung di starter kembali dan kita bisa melanjutkan perjalanan, cuma kurang lebih 3- 5 km mesin mobil mati lagi dan begitu seterusnya.
  3. Tahap terakhir mesin mobil tidak bisa distarter lagi /CDI rusak, tandanya mirip dengan bensin habis.

KOIL

Koil adalah kumparan,lilitan atau gulungan kawat email dengan jumlah tertentu.Dalam kenyataannya mungkin tidak akan terlihat sebagai kumparan,karena sudah diberi boks. Dalam teknik otomotif koil disebut juga Kumparan Pengapian.
koil-mobil
Fungsi utama koil adalah melipat gandakan tegangan ,bukan arus listrik, tegangan listrik dari aki mobil yg hanya 12 volt setelah memasuki koil akan berubah menjadi ribuan volt dan kemudian disalurkan ke busi melalui distributor atau delco. Untuk menimbulkan percikan api antara 2 plat dengan celah 1 mm dibusi, busi harus mendapat tegangan ekstra tinggi, ribuan volt, tidak bisa hanya 12 volt saja. Makanya jangan sekali-kali anda memegang arus pada kabel busi karena tegangan voltasenya sangat besar, jauh lebih besar dari listrik PLN.
Daya yang dihasilkan koil sih sekitar 2000 watt saja, tetapi tegangannya sampai ribuan volt AC.
Gejala kerusakan koil pengapian memang relatif sukar diketahui sejak awal, karena tiba-tiba mobil mati mendadak terutama bila dalam keadaan panas. Meskipun begitu, ada satu ciri khusus yang agak sukar dibedakan pada kondisi mesin stasioner dan pedal gas diinjak mesin malah tersendat. Itu satu ciri-ciri koil mulai tak berfungsi. Namun, ada langkah selanjutnya untuk memastikan koil di mobil dengan pengapian platina sudah mulai rusak.
Kabel negatif yang berada di sisi kiri/kanan koil didekatkan dengan ground atau massa. Kemudian, copot ujung kabel yang terhubung ke distributor dan lekatkan ke massa. Putar kunci kontak ke posisi on kemudian cek memakai kabel negatif yaitu dengan cara kontak-putus ke ground.
Perhatikan kejadian pada ujung kabel yang menuju distributor apakah mengeluarkan percikan api, apakah warna percikan api itu kebiruan yang berarti koil berada dalam kondisi prima atau warna kemerahan yang bertanda koil sudah lemah dan perlu diganti. Untuk sementara bila anda merasakan sering mogok bila mesin panas karena masalah koil, penanggulangannya bisa dikompres air dingin. Jadi jangan sampai kondisi koil dalam keadaan panas banget karena mobil bisa langsung berhenti mendadak.

BUSI dan KABEL BUSI

Secara umum busi terbagi dua, yaitu busi panas (biasa) dan dingin (racing). Bentuk busi dingin pada umumnya adalah memiliki kepala yang kecil untuk dipakai pada mobil yang rasio kompresinya tinggi, misal pada mobil-mobil balap.
busi-dingin-mobil
Busi panas khusus untuk mobil standar, sehingga mobil yang rasio kompresinya dibawah 11:1 sebenarnya tidak perlu memakai busi racing atau dingin. Selain itu, agar busi dingin bekerja maksimal perlu kabel busi yang
hambatannya kecil dan koil bertegangan tinggi. Kalau masih semuanya standar, ya pakai saja yang standar juga.
Warna kepala busi bisa dijadikan alat diagnosis kinerja mesin apakah perlu di-tune up atau tidak. Kondisi hitam kering menunjukkan pembakaran yang tidak berjalan sempurna dan perlu di-tune up. Bila warna hitam tetapi basah oleh oli, mesin harus diperiksa mungkin ada komponen yang sudah aus, misalnya ring piston yang sudah minta ganti dsb.
Warna putih memperlihatkan kondisi mesin yang jumlah pasokan bahan bakarnya kurang sempurna sebagai akibat bensin terlalu sedikit dibandingkan udara. Hal itu berpotensi membuat mesin panas dan mengelitik. Warna coklat pertanda dari mesin mobil yang berfungsi normal, sedangkan kondisi yang terbaik adalah warna abu-abu yang berarti campuran bahan bakar dan udara seimbang dan proses pembakarannya sempurna.
Cara mengetahui apakah busi ada yang rusak adalah dengan melepas satu per satu tutup kabel busi saat mesin hidup. Yang harus diperhatikan saat mencabut adalah jarak terminal kabel busi tidak boleh terlampau dekat, minimal 20 cm. Jika saat dilepas tidak ada perubahan getaran dan suara pada mesin, tandanya busi sudah mati. Sebaliknya, bila suara mesin semakin keras dan serasa bergetar berarti busi yang dicabut kabelnya berada dalam kondisi bagus.
Busi tidak bisa dipakai lagi bila elektrode negatif yang mirip kail itu patah atau terkikis karena pembakaran atau bagian dalam elektrodenya sudah putus.
Kabel busi juga sangat berpengaruh besar, hati-hati bila menemukan kabel busi bocor perlu segera diperbaiki atau diganti dengan segera karena sangat berbahaya. Api yang keluar antara kabel busi dan ground berpotensi menyebabkan kebakaran karena menimbulkan percikan api dan jika sampai mengenai saluran bahan bakar akan terbakar. Pemasangan kabel busi juga harus benar-benar presisi agar tidak ada kebocoran pada konektornya.
Mendeteksi adanya masalah pada kabel busi terasa dari mesin yang sedikit tersendat dalam bahasa Jawa mesin mobil anda pincang. Penyebabnya karena ada aliran listrik ke busi yang terbuang sebagai akibat dari kabel yang terkelupas dan mengenai ground.
Percikan api yang keluar di busi akan terganggu  sehingga bahan bakar tidak akan terbakar sempurna. Solusi terbaik adalah mengganti kabel busi dengan yang baru. Namun, bila kita lupa membawa cadangan saat perjalanan jauh, kendala itu dapat diakali. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari sumber kebocoran. Sebelumnya, cek dan perhatikan apakah saluran bensin dalam kabin mesin berada pada kondisi aman atau tidak mengalami rembes pada sambungannya.
Setelah dicek aman, baru cari sumbernya dengan cara menghidupkan mesin, biasanya akan muncul suara “cetek-cetek”. Pada kondisi gelap akan terlihat percikan api. Bila sudah ditemukan, matikan mesinnya dan copot kabel busi yang bocor dan tutup yang bocor dengan isolator. Jika tidak ada dapat memakai bahan yang memiliki daya hantar listrik buruk seperti plastik yang membungkus rapat kabel busi.
Permen karet pun dapat dipakai. Caranya dengan mengunyah sampai rasa manisnya hilang, kemudian rekatkan pada kabel busi yang sudah dibungkus dengan lapisan alumunium foil permen karet itu.
Demikian sedikit tips menganalisa kerusakan komponen utama pada kelistrikan mobil.
Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dan pengembangan tulisan dari blog penggemar fiat di Indonesia indofiat.com

MERAWAT MOBIL ANTIK DAN KLASIK

Merawat mesin, tips bengkel, tips berguna, tips merawat mobil

MERAWAT MOBIL ANTIK DAN KLASIK

Tips Praktis Merawat Mobil Kuno dan Antik – Walaupun jaman semakin canggih dan modern, ternyata tidak mengubah hobi atau kesukaan seseorang terhadap mobil jaman dahulu/antik/kuno. Hal itu dapat kita jumpai di jalan-jalan, terutama di Jakarta. Alasan memiliki mobil antik ini selain sebagai hobi biasanya juga sebagai koleksi pribadi.
tips merawat mobil klasik antik
>> Berikut tips perawatan mobil antik:
1. Periksalah kondisi mesin secara keseluruhan terutama bagian sistem pengapiannya.
2. Perhatikan kabel-kabel penghantar listrik yang seiring berjalannya waktu akan menjadi getas, sehingga mengakibatkan mesin tidak dapat dihidupkan.
tips merawat mobil klasik antik
3. Gantilah ring piston yang lemah dengan melakukan skir klep. Hal ini berguna untuk menghaluskan klep yang sudah berkerak hingga bensin dapat mengalir dengan lancar
tips merawat mobil klasik antik
4. Periksalah bagian kaki-kaki mobil.
5. Lindungi warna mobil dengan car cover.
6. Lakukan perawatan keseluruhan mobil secara berkala.
7. Apabila cat sudah usang, “repaint” lagi agar kinclong.
ANDA TERTARIK UNTUK MEMILIKI MOBIL ANTIK?
MOBIL ANTIK DIJUAL:
1. KOMBI JERMAN ANTIK
2. TOYOTA COROLLA ANTIK
3. PEUGEOT ANTIK

Spesialis Holden, Bisa Semua Varian

Spesialis Holden, Bisa Semua Varian

Penulis : Ardav | Teks Editor : Bagja | Foto : Ardav
 
Ginanjar Galuh Prabawane sempat dibikin bimbang saat mengincar Holden Kingswood klasik untuk menambah koleksi mobil retronya. “Harus dipastikan terlebih dulu, ada bengkel spesialis yang bisa tangani jenis mobil ini atau nggak, terutama yang ada di dalam kota,”cerita pegawai BUMN yang memang pencinta mobil produksi Australia itu.

Tapi toh, niat tadi tetap terlaksana setelah doi dapat informasi bahwa bengkel Nanang Motor di Jl. Pemuda Banjarnegara, Jateng merupakan spesialis Holden yang mampu tangani engine, kaki-kaki dan kelistrikan bodi. Khusus untuk wilayah Banjarnegara, Jateng, bengkel pria asli Yogyakarta ini bisa dibilang satu-satunya spesialis Holden.

Untuk ilustrasi biaya perbaikan, sebut saja tune up kena Rp 75 ribu. “Sedangkan jasa turun mesin kena Rp 600 ribu, lalu untuk kaki-kaki kena Rp 300 ribu,” jelas Nanang seraya bilang ongkos jasa itu berlaku untuk semua jenis Holden. Nah, untuk yang mau konsultasi, silakan hubungi 0852-27881120. (mobil.otomotifnet.com)

 

Jumat, 21 Februari 2014

Pendekar Sadis Jilid 031

Pendekar Sadis Jilid 031

<---Kembali

Dan ia berhasil. Dengan baik sekali karena dari percakapan tadi ia diperkenalkan bahwa tamu agung yang harus dilayaninya adalah Giok-lian-cu, seorang tokoh Pek-lian-kauw dari pusat yang tentu saja amat dihormati oleh para pimpinan di situ. Juga, di dalam perjamuan tadi ia diam-diam memperhatikan musuh Pendekar Sadis dan diam-diam ia merasa serem dan ngeri. Tosu itu nampak demikian pendiam dan dingin, memandang rendah segala sesuatu di sekelilingnya, bahkan dialah satu-satunya orang di antara para tosu itu yang tidak bersikap merendah dan menjilat terhadap tosu tamu muka tikus itu. Kim Lan maklum bahwa orang seperti itu tentu amat kejam dan juga amat cerdik, maka ia bersikap amat hati-hati.

Untung bahwa bukan kepada tosu musuh besar Pendekar Sadis itu ia harus melayani, karena biarpun Tok-ciang Sian-jin itu jauh lebih menarik sebagai pria dibandingkan dengan kakek muka tikus, namun ia akan merasa ketakutan dan ngeri terhadap Tok-ciang Sian-jin dan tosu itu tentu akan dengan mudah dapat membongkar rahasianya.

Dengan pengalaman yang luas dalam hal hubungan antara wanita dan pria, Kim Lan dengan mudah saja membuat tosu muka tikus itu semakin terbuai dan tergila-gila kepadanya, dan dari tosu inilah Kim Lan akhirnya dapat memperoleh keterangan selengkapnya tentang diri Tok-ciang Sian-jin, di mana tinggalnya, di pondok mana, dan apa kedudukannya di tempat itu. Satu-satunya pertanyaan Si Muka Tikus yang membayangkan keheranan tanpa kecurigaan hanyalah, "Eh, kenapa engkau tanya-tanya tentang Tok-ciang Sian-jin?"

Kim Lan menjawab sambil merangkul dan tubuhnya agak menggigil seperti orang ketakutan dan ngeri.

"Mukanya begitu dingin dan sinar matanya kepadaku seolah-olah hendak menembus jantungku. Itulah sebabnya aku ingin tahu siapa sih manusia bermuka dingin itu."

Jawaban ini menyenangkan hati Giok-lian-cu dan diapun menceritakan semua keadaan Tok-ciang Sian-jin seperti yang ditanyakan oleh wanita yang malam itu benar-benar telah menghiburnya dan membuatnya merasa senang sekali. Biarpun malam itu merupakan siksaan jasmani dan rohani bagi Kim Lan yang harus melayani seorang kakek yang dibencinya, harus menurut saja apapun yang dilakukan oleh laki-laki itu kepadanya, namun pada keesokan harinya, ketika ia berpamit dan dibekali uang cukup banyak untuk membayar dua gulung kulit harimau dan pelayanannya, Kim Lan pulang dengan hati senang bukan main. Ia telah berhasil, ia akan membikin girang hati Pendekar Sadis yang dipuja dan dicintanya!

Setelah Thian Sin mendengarkan semua keterangan dari Kim Lan tentang musuh besarnya, dia tersenyum girang.

"Terima kasih, Kim Lan. Kau tunggu saja di dalam hutan ini, aku mau pergi, tunggu sampai aku kembali!"

"Taihiap...!" Kim Lan berseru, akan tetapi pendekar itu telah lenyap dari depannya dengan cepat sekali.

Kim Lan duduk di atas batu sambil termenung, merasa kesepian dan juga gelisah. Malam tadi ia telah melakukan tugas yang berat dan sekarangpun ia masih merasa muak kalau teringat akan kakek si muka tikus. Akan tetapi, pendekar itu tidak mau menghiburnya dan pergi begitu saja, menyuruhnya tinggal seorang diri di tempat sunyi itu. Akan tetapi ia percaya bahwa Pendekar Sadis tentu akan kembali dan kalau pendekar itu sudah berhasil membunuh musuh besarnya, barulah ia akan menagih upah sepuas hatinya atas jasa-jasanya membantu pendekar itu!

Sementara itu, Thian Sin sudah melakukan perjalanan cepat sekali menuju ke sarang Pek-lian-kauw. Dia telah memperoleh keterangan dengan jelas dari Kim Lan. Tok-ciang Sian-jin memang benar berada di sarang Pek-lian-kauw, dan menurut keterangan wanita itu, Tok-ciang Sian-jin bersembunyi di dalam sebuah pondok seorang diri di sebelah utara dusun atau perkampungan Pek-lian-kauw itu. Dan perkampungan itu setiap saat dijaga oleh anak buah Pek-lian-kauw sehingga tidak mungkin ada orang asing dapat memasuki kampung tanpa diketahui mereka dan sebelum dia sempat bertemu dengan musuh besarnya itu, tentu dia telah dilaporkan terlebih dahulu dan fihak musuhnya dapat berjaga-jaga.

Akan tetapi, pada waktu pagi itulah kesempatannya yang paling baik karena menurut keterangan Kim Lan, Tok-ciang Sian-jin berlatih samadhi dan tidak keluar dari pondoknya dari pagi sampai sore, tosu itu melatih ilmu silat kepada para pimpinan Pek-lian-kauw, atau setidaknya bertukar pikiran tentang ilmu silat dan saling mengisi. Menurut penuturan kakek muka tikus yang memberi keterangan kepada Kim Lan, katanya Tok-ciang Sian-jin mempunyai hubungan baik sekali dengan Thian-hwa Lo-su dan sering mewakili ketua itu untuk melatih ilmu silat kepada murid-murid ketua itu, dan bahkan kepada para sute ketua itu yang merupakan dewan pimpinan cabang Pek-lian-kauw. Tentu saja hal itu dilakukan sebagai imbalan jasa Pek-lian-kauw yang sudah menerimanya untuk bersembunyi di tempat itu dan juga tentu saja untuk perlindungan yang dijanjikan oleh Pek-lian-kauw kepadanya untuk menghadapi musuh besarnya, demikian pikir Thian Sin.

Dan memang sesungguhnya dugaan pemuda ini tidak meleset dari kenyataan. Tok-ciang Sian-jin sudah mendengar tentang Pendekar Sadis itu, sudah dapat menyangka siapa adanya pendekar kejam itu, dan dia merasa gentar sekali. Maka dia sudah berunding dengan pimpinan Pek-lian-kauw untuk minta bantuan mereka apabila musuh besarnya tiba, dan sudah memperoleh janji dari pihak pimpinan Pek-lian-kauw.

Akan tetapi tentu saja Thian Sin tidak merasa takut menghadapi mereka semua itu. Hanya dia bersikap cerdik, tidak mau memasuki sarang Pek-lian-kauw begitu saja, karena kalau dia tidak hati-hati dan masuk begitu saja, sebelum dia bertemu dengan musuhnya, dia akan ketahuan dan musuhnya yang mendengar akan kedatangannya itu sangat boleh jadi akan melarikan diri terlebih dulu. Dia harus dapat menyergap Tok-ciang Sian-jin di pondoknya sebelum orang itu pergi, dan setelah itu, biar dia akan dikeroyok oleh seluruh anggauta Pek-lian-kauw sekalipun, dia tidak merasa gentar. Yang penting dia harus dapat bertemu dengan Tok-ciang Sian-jin dan membunuh musuh besar ini sebelum orang itu sempat melarikan diri lagi.

Ketika itu Thian Sin menyelinap di antara pohon-pohon di luar dusun sebelah utara. Sampai beberapa lamanya dia diam saja bersembunyi tanpa bergerak dan akhirnya dia dapat melihat tiga orang anggauta Pek-lian-kauw yang mendekam di dalam parit, agak jauh di depannya. Hemm, kiranya mereka itu berjaga sambil bersembunyi di dalam parit, seperti barisan pendam. Tentu saja sukar bagi orang luar untuk memasuki wilayah itu tanpa ketahuan, pikirnya. Dia lalu menyelinap di antara pohon dan semak-semak, mempergunakan kepandaiannya sehingga gerakannya seperti terbang saja, cepat sekali dia berpindah dari pohon ke pohon, bergerak ke sebelah kanan. Tepat seperti yang diduganya, antara jarak seratus meter dari parit itu, terdapat parit lain dengan tiga orang anggauta Pek-lian-kauw yang berjaga sambil enak-enak duduk di dalam parit. Ketika dia memeriksa ke kiri, di sebelah parit pertama, juga dalam jarak seratus meter, terdapat parit lain. Kiranya demikian ketat penjagaannya.

Thian Sin bergerak cepat, setelah dia merunduk dan bergerak sambil tiarap di antara rumput, mendekati parit pertama, setelah tiba dekat tubuhnya terjun ke bawah dan sebelum tiga orang itu sempat mengeluarkan suara, hanya memandang dengan mata terbelalak, dalam beberapa detik saja Thian Sin telah merobohkan mereka dengan menotok mereka. Gerakannya terlampau cepat bagi tiga orang penjaga ini sehingga mereka itu sebelum tahu apa yang terjadi telah roboh terkulai pingsan! Thian Sin cepat menggunakan sabuk mereka untuk mengikat kaki tangan mereka, lalu menggunakan baju mereka untuk menyumbat mulut mereka sehingga kalau mereka siuman kembali, mereka takkan dapat berkutik atau berteriak. Semua ini dilakukannya dalam waktu kurang dari lima menit dan di lain saat, dia sudah bergerak seperti seekor ular, bertiarap dan merangkak maju menuju ke parit ke dua di sebelah kiri. Kembali dia menaklukkan tiga orang penjaga seperti tadi dan tak lama kemudian dia sudah meninggalkan mereka menuju ke parit ke tiga dalam keadaan terikat dan tersumbat mulut mereka seperti tiga orang teman mereka yang pertama tadi. Tanpa banyak mengalami kesukaran, Thian Sin juga membuat tiga orang penjaga di parit ke tiga tidak berdaya.

Giranglah hatinya dan diapun cepat bergerak maju. Akan tetapi dia tidak kehilangan kewaspadaannya. Biarpun dia sudah membersihkan jalan masuk dengan menundukkan para penjaga di tiga parit, dan dia percaya bahwa penjaga di parit yang lain jauh untuk dapat melihatnya, dia masih maju dengan sangat hati-hati. Pondok yang paling ujung itu, pondok tempat tinggal Tok-ciang Sian-jin sudah nampak. Akan tetapi Thian Sin menahan kegembiraan hati yang dapat membuat orang menjadi lengah itu. Dia tetap berhati-hati dan memeriksa keadaan sekelilingnya dengan teliti. Dan sikapnya ini berhasil baik ketika tiba-tiba dari jauh dia melihat gerakan di atas pohon. Cepat dia menyelinap di balik semak-semak belukar dan mengintai. Ternyata di atas pohon itu terdapat seorang penjaganya!

Ah, tentu di lain-lain pohon yang agaknya sengaja ditanam di sekeliling daerah itu tentu ada penjaganya yang bersembunyi. Untuk melumpuhkan penjaga di atas pohon itu seperti yang dilakukannya terhadap para penjaga di parit tidaklah mudah, pikirnya. Tentu gerakannya itu akan nampak oleh para penjaga lain di pohon lain, atau bahkan nampak dari jendela pondok itu. Siapa tahu Tok-ciang Sian-jin sedang melihat dari sana. Thian Sin memutar otak mencari akal.

Kemudian dia mengambil keputusan untuk mempergunakan kepandaiannya yang lain, yaitu ilmu sihirnya. Dengan langkah tetap dia lalu bangkit dan berjalan menghampiri pohon itu! Dia telah berada di dalam wilayah Pek-lian-kauw setelah dapat melampaui para penjaga di parit tadi, maka biarlah dia berlagak seperti bukan orang asing di daerah itu! Setelah tiba di dekat pohon dia lalu memandang ke atas, ke arah penjaga yang sejak tadi tentu saja telah melihatnya dan sudah mempersiapkan anak panah di busurnya untuk menyerang ke bawah itu.

Akan tetapi penjaga itu menjadi ragu-ragu ketika pemuda yang berada di bawah itu menggapai dengan tangan, tersenyum ramah dan berkata, "Hai, kawan, aku ada pesan penting sekali dari ketua. Turunlah, akan kuberitahukan padamu!"

Penjaga itu meragu, akan tetapi melihat sikap pemuda ini dan melihat bahwa pemuda itu telah berada di daerah mereka sendiri, berarti bukan orang asing karena orang asing takkan mungkin mampu melewati para penjaga parit, dan mendengar bahwa pemuda itu membawa pesan penting dari ketua, dia menjadi ingin tahu dan cepat memanjat turun dari pohon. Pemuda itu tidak membawa senjata dan sikapnya tidak seperti seorang musuh, maka diapun tidak khawatir.

Akan tetapi ketika dia sudah berdiri berhadapan dengan pemuda itu, dia melihat sepasang mata yang mencorong seperti mata harimau. Penjaga itu terkejut sekali, namun terlambat karena dia sudah tunduk di bawah pengaruh pandang mata Thian Sin yang kini berkata dengan suara lirih namun mengandung penuh wibawa, terutama sekaii terasa oleh orang itu sebagai perintah yang tak mungkin dibantah.

"Antarkan aku menghadap Tok-ciang Sian-jin ke pondoknya!"

"Baik, kuantarkan, marilah," jawab penjaga itu seakan-akan dia bicara dengan seorang rekannya sendiri.

Tentu saja hal ini adalah hasil dari kekuatan sihir Thian Sin yang memaksa orang itu percaya bahwa dia adalah seorang temannya. Para penjaga lain di atas pohon yang berada di kanan kiri tentu saja melihat hal ini, akan tetapi karena penjaga itu menerima Si Pemuda dengan baik, bahkan mengajaknya berjalan menuju ke pondok tempat tinggal Tok-ciang Sian-jin, tentu saja para penjaga lain itu tidak menaruh curiga dan mengira bahwa pemuda itu adalah penduduk dusun atau juga orang yang sudah dikenal oleh penjaga itu maka dapat diterima. Apalagi melihat orang itu dibawa oleh si penjaga menuju ke pondok Tok-ciang Sian-jin, para penjaga lain itu tersenyum. Mereka sudah mengenal watak Tok-ciang Sian-jin, yang lebih suka berdekatan dengan seorang pemuda tampan daripada dengan wanita.

Dan pemuda itu, biarpun kelihatan dari jarak agak jauh, memang nampak tampan! Berdebar tegang juga rasa hati Thian Sin setelah mereka berdua mendekati pondok itu. Di sinilah orang yang selama ini dicari-carinya! Hatinya berdebar karena tegang dan girang, juga khawatir kalau-kalau dia gagal.

"Panggil dia keluar, katakan ada tamu yang membawa berita penting untuknya!" bisiknya dengan pengerahan tenaga sihirnya.

Orang itu mengangguk dan mengetuk pintu pondok yang tertutup dengan hati-hati.

"Sian-jin harap suka buka pintu, ada tamu yang membawa berita penting sekali untuk Sian-jin!"

Sunyi saja di dalam. Tidak ada jawaban. Penjaga itu, atas desakan Thian Sin, mengetuk lagi dan mengulang kata-ketanya sampai beberapa kali. Akan tetapi tetap saja sunyi, tidak ada jawaban dari dalam. Tentu saja Thian Sin menjadi curiga dan khawatir kalau-kalau gagal. Dia lalu menerjang ke depan, mendorong pintu dengan kedua tangannya.

"Brakkk...!" Pintu itu jebol dan terbuka.

Thian Sin dengan berani meloncat ke dalam pondok, membiarkan penjaga itu bengong terlongong, seperti baru bangun dari tidur dan merasa terheran-heran mengapa dia berada di depan pondok itu melihat orang menjebol pintu pondok, padahal seharusnya dia berjaga di atas pohon!

Thian Sin bergerak cepat di dalam pondok, memeriksa seluruh isi pondok. Ternyata pondok itu kosong! Burung itu telah terbang! Dia telah ditipu, atau bahkan dijebak! Dengan marah dia lalu menendangi semua barang di dalam pondok itu sehingga terdengar suara hiruk-pikuk dan barang-barang di situ rusak semua. Tiba-tiba terdengar suara ketawa di luar pondok!

"Ha-ha-ha, Pendekar Sadis! Engkau telah masuk perangkap!"

Thian Sin menjadi marah sekali, tidak tahu marah kepada siapa. Dia tidak tahu apakah Kim Lan mengkhianatinya? Agaknya tidak demikian. Lebih besar kemungkinan bahwa memang Pek-lian-kauw ini lihai sekali sehingga mereka sudah tahu akan kunjungannya sehingga sebelum dia tiba di pondok, Tok-ciang Sian-jin telah pergi dulu dan membiarkan dia memasuki pondok kosong. Dia lalu menerjang keluar dan ternyata orang yang dicarinya itu, Tok-ciang Sian-jin, memang sudah berada di luar, berdiri dengan tegak di samping tujuh orang berjubah pendeta yang dia duga tentulah tokoh-tokoh Pek-lian-kauw, dan di belakang orang-orang itu nampak puluhan orang anggauta Pek-lian-kauw.

Tempat itu telah dikurung oleh para anggauta Pek-lian-kauw. Thian Sin tersenyum mengejek. Sikapnya tenang sekali walaupun dia maklum bahwa dia telah dikurung oleh sedikitnya seratus orang, dan dia berhadapan dengan orang-orang yang memiliki ilmu silat tinggi. Bahkan dia masih mampu mengeluarkan kata-kata yang dinyanyikannya untuk mengejek lawannya, "Seekor buaya selalu memilih pecomberan di mana dia akan merasa senang. Seorang Ciu Hek Lam, biarpun sudah berjuluk Tok-ciang Sian-jin, merasa perlu untuk menyembunyikan dirinya di antara orang-orang Pek-lian-kauw yang tidak segan-segan untuk melakukan pengeroyokan. Betapa menjemukan!"

Mendengar ini, para pimpinan cabang Pek-lian-kauw menjadi merah mukanya, sedangkan Tok-ciang Sian-jin diam saja, hanya memandang dengan tajam, wajahnya yang dingin sama sekali tidak membayangkan sesuatu. Senjatanya pecut baja masih terlibat di pinggangnya, dan dia selalu mengikuti gerak-gerik Thian Sin dengan penuh perhatian. Diam-diam dia merasa heran sekali bagaimana seorang yang masih begini muda telah memiliki kepandaian yang demikian menggiriskan, bahkan telah dikenal sebagai Pendekar Sadis yang sepak terjangnya mendirikan bulu roma.

Untunglah dia bersikap waspada dan dia sudah curiga kepada wanita pembawa dua gulung kulit harimau itu, maka diam-diam setelah wanita itu pergi, dia mengadakan perundingan dengan para pimpinan Pek-lian-kauw, menyatakan kecurigaannya dan diam-diam diapun sudah bersiap-siap sehingga ketika pemuda itu muncul, dia telah mengetahuinya terlebih dulu dan mengatur jebakan. Kini pemuda itu telah terkurung dan menurut kehendaknya, dia ingin lekas-lekas melihat pemuda yang merupakan ancaman baginya itu dienyahkan dari muka bumi. Akan tetapi, di depan para orang Pek-lian-kauw, tentu saja dia merasa malu untuk memperlihatkan rasa takutnya, apalagi di situ terdapat Giok-lian-cu yang kabarnya amat lihai itu.

Sementara itu, mendengar ucapan Thian Sin yang dilagukan seperti nyanyian ejekan ini, pendeta bermuka tikus itu lalu tertawa dan diapun lalu memandang kepada Thian Sin dengan sinar mata yang amat tajam, seolah-olah ada getaran keluar dari sinar matanya, lalu mulutnya mengeluarkan suara yang juga mengandung getaran amat berwibawa, sehingga terasa oleh semua orang yang berada di situ.

"Orang muda, engkau berhadapan dengan Giok-lian-cu. Engkau telah terkurung, melawanpun tidak ada gunanya. Orang muda, lihatlah baik-baik padaku dan kuperingatkan engkau untuk lekas berlutut dan menyerah!"

Thian Sin merasa bahwa ada kekuatan yang cukup hebat seperti hendak memaksanya berlutut. Namun dia dapat menangkis dan melawan kekuatan sihir ini, akan tetapi dia lalu mempunyai akal. Mengapa dia tidak pura-pura menurut? Kalau dia sudah berlutut, tentu Tok-ciang Sian-jin akan turun tangan menyerangnya dan saat itu, selagi semua orang lengah, dia akan dapat menyerang musuh besarnya itu dan merobohkannya! Kalau sekarang dia menyerang, tentu akan terdapat banyak orang yang melindungi Tok-ciang Sian-jin sehingga dia khawatir kalau-kalau serangannya akan gagal dan dia keburu dikepung ketat sehingga musuh besarnya itu akan mampu melarikan diri lagi. Maka, setelah memperhitungkan dengan cepat, diapun lalu menjatuhkan diri berlutut!

Melihat ini, Giok-lian-cu tertawa bergelak dengan hati penuh kebanggaan. Dia telah berhasil memperlihatkan kepandaiannya, disaksikan oleh semua anak buah Pek-lian-kauw. Dan memang semua orang mengeluarkan seruan kagum melihat betapa dengan sekali perintah saja, pemuda yang didesas-desuskan sebagai Pendekar Sadis itu telah menjatuhkan diri berlutut di depan tamu dari Pek-lian-kauw pusat itu!

Sementara itu, melihat pemuda itu menjatuhkan diri berlutut Tok-ciang Sian-jin merasa girang sekali dan menurutkan kata hatinya, ingin dia segera menubruk, menyerang dan membunuh pemuda itu. Sudah dilolosnya cambuk atau pecut bajanya dari pinggangnya, akan tetapi kecerdikannya menahan tangannya untuk bergerak, sebaliknya dia lalu berkata kepada dua orang sute dari Thian-hwa Lo-su yang juga dapat disebut muridnya karena lima orang itu sering kali menerima petunjuk-petunjuknya dalam ilmu silat.

"Lekas ringkus dia, tapi patahkah dulu kedua tulang pundaknya!"

Dua orang sute dari Thian-hwa Lo-su cepat menubruk maju dari kanan kiri. Merekapun ingin berjasa dan memperlihatkan kepandaian, dan tentu saja mereka berani melakukan ini bukan hanya karena tingkat kepandaian merekapun sudah tinggi akan tetapi terutama melihat keadaan pemuda itu yang sudah dikuasai oleh sihir dari Giok-lian-cu. Jangankan pemuda itu sudah tak berdaya, biarpun pemuda itu masih sehat sekalipun kalau mereka maju berdua, mereka tidak merasa takut. Nama besar Pendekar Sadis itu mungkin omong kosong belaka, pikir mereka, melihat keadaan usia pemuda ini yang masih begitu muda. Maka, sekali menubruk, keduanya sudah menghantamkan tangan terbuka dengan pengerahan sin-kang untuk menghancurkan tulang pundak kanan kiri Thian Sin.

Diam-diam Thian Sin kecewa bukan main. Siasatnya memang sudah berhasil dan orang menyangka dia benar-benar telah dikuasai ilmu sihir dari tosu muka tikus itu. Akan tetapi sialnya, bukan Tok-ciang Sian-jin yang maju sendiri walaupun orang itu telah melolos senjata, melainkan menyuruh dua orang tosu Pek-lian-kauw yang lain.

Akan tetapi, tentu saja dia tidak sudi tulang pundaknya diremukkan orang dan melihat angin pukulan yang cukup dahsyat itu berbahayalah tulang pundaknya kalau dia tidak melawan.

"Dess! Desss!" Thian Sin bangkit menangkis dan tubuh dua orang pimpinan Pek-lian-kauw itu terlempar ke kanan kiri dan terbanting keras.

Thian Sin tidak berhenti sampai sekian saja, sambil membentak, "Tok-ciang Sian-jin pengecut hina!"

Dia sudah menerjang dan mengirim pukulan dahsyat ke arah Tok-ciang Sian-jin Ciu Hek Lam.

"Desss...! Desss...!" Tok-ciang Sian-jin dan juga Thian-hwa Lo-su yang ikut menangkis serangan itu untuk melindungi sahabatnya, terjengkang dan keduanya tentu akan terbanting pula kalau mereka tidak cepat berjungkir balik.

"Tar-tar-tarrr!" Cambuk baja di tangan Tok-ciang Sian-jin sudah meledak-ledak ke atas kepala Thian Sin.

Akan tetapi setiap serangan cambuk itu membalik ketika bertemu dengan jari-jari tangan pemuda itu. Dari samping menyambar angin pukulan dahsyat sekali. Thian Sin terkejut, maklum akan datangnya serangan yang kuat. Cepat ia membalik dan menangkis sambil menggunakan tenaga Thi-khi-i-beng.

"Plakk! Ahhhhh... ahhhhh, lepaskan...!" Giok-lian-cu terkejut bukan main ketika melihat betapa lengannya melekat dengan lengan pemuda itu dan betapa tenaga sin-kangnya membanjir keluar dari tubuhnya melalui lengan yang merapat dengan lengan pemuda itu.

Melihat ini, Thian-hwa Lo-su juga menampar ke arah kepala Thian Sin. Pemuda itu miringkan kepalanya, dan menerima tamparan itu dengan pangkal lengannya.

"Plakk! Aihhhhh... lepaskan tanganku...!" Thian-hwa Lo-su juga berseru dan kedua orang ini sudah mengerahkan tenaga untuk menarik tangan mereka akan tetapi sungguh celaka, makin besar mengerahkan tenaga, makin hebat pula tenaga mereka membanjir keluar.

"Itu Thi-khi-i-beng, jangan kerahkan sin-kang!" Tiba-tiba Tok-ciang Sian-jin berseru keras dan cambuknya menyambar-nyambar lagi, kini cambuknya itu seperti burung mematuk-matuk mengarah ubun-ubun kepala, kedua mata dan bagian-bagian yang lemah lainnya.

Menghadapi ini, Thian Sin terpaksa berlompatan dan melepaskan dua orang yang melekat pada lengannya tadi. Akan tetapi, sebelum ia mampu mendesak Tok-ciang Sian-jin, para tosu lain telah mengurung dan mengeroyoknya. Juga Thian-hwa Lo-su dan Giok-lian-cu yang marah sekali karena dipermainkan pemuda ini, telah maju mengeroyok sambil mengeluarkan senjata masing-masing. Bukan hanya mereka, bahkan kini banyak anggauta Pek-lian-kauw yang mengepung dan mendesaknya. Para anggauta ini dikerahkan oleh Tok-ciang Sian-jin yang tiba-tiba saja menghilang di antara banyak anggauta Pek-lian-kauw itu.

"Tok-ciang Sian-jin manusia pengecut, jangan lari kau!" Thian Sin membentak marah, akan tetapi orang itu sudah menghilang dan dia dikeroyok oleh banyak sekali orang.

Thian Sin mengamuk, akan tetapi dia tidak mau membunuh orang karena dia tidak merasa bermusuhan dengan perkumpulan itu walaupun perkumpulan itu telah melindungi musuh besarnya. Dia tidak begitu bodoh untuk menanam permusuhan dengan perkumpulan besar itu, sama saja dengan mencari penyakit. Setelah musuhnya benar-benar lenyap, diapun merobohkan beberapa orang pengeroyok dengan angin dorongan kedua tangan, kemudian tubuhnya mencelat ke atas genteng.

"Pek-lian-kauw bukan musuhku!" teriaknya dan diapun berloncatan cepat sekali dan menghilang di balik pohon-pohon di luar dusun itu.

Giok-lian-cu melarang anak buahnya mengejar, dan Thian-hwa Lo-su memberi perintah agar penjagaan lebih diperketat. Kemudian mereka dengan hati kecil dan gentar membicarakan kehebatan ilmu kepandaian pemuda itu yang terkenal dengan sebutan Pendekar Sadis, dan mereka bergidik. Untung pemuda itu tidak menganggap Pek-lian-kauw sebagai musuh, kalau demikian halnya, tentu telah jatuh banyak korban tadi. Dan merekapun merasa tidak perlu bermusuhan dengan pemuda yang demikian lihainya, maka para pimpinan Pek-lian-kauw itu menganjurkan kepada Tok-ciang Sian-jin untuk bersembunyi di kamar rahasia dan jangan keluar dulu sebelum pemuda itu benar-benar meninggalkan daerah itu. Juga Giok-lian-cu terpaksa dengan terus terang mengatakan kepada Tok-ciang Sian-jin untuk mencari tempat perlindungan lain saja karena Pek-lian-kauw tidak mau terbawa-bawa ke dalam permusuhan dengan Pendekar Sadis.

***

"Sungguh mati, taihiap, apakah aku telah menjadi gila, berani mengkhianatimu? Aku sampai harus menahan diri dari kemuakan ketika aku terpaksa melayani mereka, dan... ah, sudah kukatakan bahwa aku mau mati untuk membantumu, taihiap. Apakah engkau masih tidak percaya bahwa aku telah menyerahkan seluruh jiwa ragaku kepadamu?"

"Tidak perlu semua janji dan sumpah itu, kalau memang benar perasaanmu itu, nah, engkau sekarang harus dapat memancing keluar Tok-ciang Sian-jin dari tempat sembunyinya."

"Baik, saya akan melakukan segala perintahmu," kata Kim Lan dengan sikap menantang, untuk membuktikan bahwa ia memang tidak mengkhianati pemuda itu. "Asalkan... asalkan engkau tidak melupakan semua pembelaanku, taihiap..." katanya dengan sikap manja.

Thian Sin tersenyum dan karena dia membutuhkan bantuan wanita ini, maka diapun mengulurkan kedua tangannya dan menerima wanita itu yang menubruknya dan merangkulnya dengan isak tertahan saking gembiranya.

Thian Sin sengaja tidak pernah memperlihatkan diri sampai dua minggu lamanya. Dan setelah dia menduga bahwa fihak Pek-lian-kauw tentu mengira dia telah pergi dan mencari jejak Tok-ciang Sian-jin di lain tempat, apalagi ketika Thian Sin sengaja melakukan kegemparan dengan mcmbasmi beberapa orang penjahat di kota-kota yang berjauhan dari kota raja dan dari dusun Tiong-king, barulah Thian Sin menyuruh Kim Lan berjalan seorang diri di lereng Pegunungan Tai-hang-san, pura-pura hendak berburu binatang. Tentu saja diam-diam dia membayangi wanita ini dari jarak tidak terlampau jauh, akan tetapi dengan hati-hati sekali sehingga tidak akan ada orang yang dapat melihatnya. Selama dua hari tidak terjadi sesuatu, tidak ada yang menegur atau menemui Kim Lan. Akan tetapi pada hari ke tiga, pagi-pagi sekali, ketika Kim Lan mengejar-ngejar seekor kelinci gemuk untuk ditangkapnya, tiba-tiba saja kelinci putih gemuk itu roboh berlumuran darah. Kim Lan terkejut sekali dan menghampiri kelinci itu. Ketika diperiksanya, ternyata kepala kelinci itu pecah! Dia mengambil kelinci itu dan menoleh ke kanan kiri, dengan wajah membayangkan keheranan.

"Kepalamupun akan kupecahkan seperti kepala kelinci itu!" Tiba-tiba terdengar suara halus dan dari atas melayanglah turun seorang berpakaian jubah kuning.

Tok-ciang Sian-jin! Seketika tubuh Kim Lan menggigil, bukan dibuat-buat biarpun dia tahu dilindungi oleh Pendekar Sadis. Memang wanita ini semenjak pertemuan pertama sudah merasa takut sekali kepada tosu ini, maka munculnya tosu itu secara tiba-tiba benar-benar membuat dia menggigil dan merasa ngeri.

"Pelacur hina! Tentu engkau yang telah mengkhianatiku dan menyelidiki keadaanku untuk kaulaporkan kepada Pendekar Sadis! Hayo mengaku sebelum kuhancurkan kepalamu seperti kepala kelinci ini!" bentak Tok-ciang Sian-jin dengan suara yang menyeramkan dan wajahnya yang dingin itu sungguh nampak menakutkan sekali bagi Kim Lan. Wanita ini merasakan kedua lututnya menggigil.

"Tidak... ti... tidak...!" Suara Kim Lan juga menggigil dan diam-diam wanita ini merasa gelisah sekali mengapa Pendekat Sadis belum juga muncul, padahal ia seperti merasa betapa maut telah mengelus-elus kepalanya.

"Hemm, tidak ada gunanya kau membohong. Engkau kaki tangan Pendekar Sadis, atau setidaknya, ketika engkau datang menjual kulit harimau itu, engkau menyelidiki aku kemudian melaporkan kepada Pendekar Sadis. Hayo katakan di mana dia sekarang berada?"

"Tok-ciang Sian-jin, aku berada di sini!" Tiba-tiba terdengar suara ini yang seketika membuat mata kakek itu yang biasanya sipit seperti terpejam kini terbelalak dan mukanya yang sudah pucat itu menjadi semakin pucat seperti mayat.

"Bagus! Kalau begitu kita akan mengadu nyawa di sini! Mampuslah kau, perempuan laknat!" Cambuk baja di tangannya bergerak dan suara meledak-ledak ketika ujung cambuk itu menyambar ke arah ubun-ubun kepala Kim Lan.

Akan tetapi, secepat kilat Thian Sin sudah meloncat dan menangkis cambuk, membarenginya dengan tendangan kakinya ke arah Kim Lan. Tubuh Kim Lan terlempar, sampai bergulingan akan tetapi ia selamat dari cengkeraman maut di ujung cambuk baja tadi.

Tok-ciang Sian-jin yang sama sekali tidak menyangka bahwa musuh besarnya akan berada di situ, kini maklum bahwa dia telah masuk perangkap. Bahwa adanya wanita yang berkeliaran di tempat ini dan kelihatan berburu kelinci, sebetulnya merupakan umpan untuk memancingnya keluar, sedangkan musuh besarnya itu memang selalu membayangi wanita itu. Tahulah dia bahwa tidak ada jalan lari lagi baginya, dia menyerang dengan dahsyat. Cambuknya meledak-ledak mengeluarkan asap dan tangan kirinya juga melakukan serangan pukulan beracun.

Tokoh ini terkenal dengan kelihaiannya yang mengerikan, yaitu tangan beracun dan pukulan tangan kirinya itu tidak kalah lihainya dibandingkan dengan sambaran pecut bajanya. Namun, sekali ini dia menghadapi Thian Sin yang telah memiliki tingkat kepandaian yang jauh melampauinya. Pukulan-pukulan tangan kiri itu disambut Thian Sin dengan berani, dan bukan pemuda itu yang menderita oleh tangan beracun lawan, melainkan Tok-ciang Sian-jin sendiri yang tergetar hebat dan dari pertemuan tangan itu menjalar hawa yang panas dan amat kuat. Itulah tenaga Thian-te Sin-ciang yang amat hebat, yang sekaligus mengembalikan semua hawa beracun yang keluar dari tangannya. Dan cambuk bajanya juga dapat dihadapi dengan amat mudah oleh Thian Sin!

Pemuda itu seolah-olah mempermainkannya seperti seekor kucing mempermainkan seekor tikus. Kalau pemuda itu menghendaki, tentu dengan mudah dia merobohkan lawannya. Akan tetapi Thian Sin tidak mau begitu saja. Dia mempermainkan lawan, mengelak ke sana-sini, kadang-kadang mengirim tamparan yang hanya membuat tubuh lawan terhuyung dan tiada hentinya dia mengejek.

"Hemmm, pengecut yang hanya berani main keroyok. Kalau tidak mengeroyok, dalam beberapa jurus saja ayahku atau ibuku tentu telah mampu membunuhmu. Pengecut! Hayo keluarkan semua ilmumu untuk melawanku! Plak!"

Kembali sebuah tamparan yang cukup keras membuat kakek ini mulai menjadi ketakutan. Dia tahu benar bahwa dia tidak akan mampu menandingi putera Pangeran Ceng Han Houw ini, dan kalau dia teringat akan kekejamannya sebagai Pendekar Sadis, keringat dingin keluar dari leher dan mukanya. Dia tidak takut mati, akan tetapi membayangkan kekejaman pemuda itu, benar-benar dia merasa ngeri sendiri. Maka, setelah cambuknya menyambar dan pemuda itu mengelak sambil tertawa, diapun lalu membalikkan tubuhnya dan menggunakan gin-kangnya untuk mencoba lari dari tempat itu menuju ke sarang Pek-lian-kauw di balik puncak. Akan tetapi, tiba-tiba ada angin berkesiur dan bayangan berkelebat, tahu-tahu pemuda itu telah berdiri di depannya! Dia membalik dan lari lagi, namun lagi-lagi pemuda itu telah mendahuluinya dan menghadang sambil tertawa.

Akhirnya, Tok-ciang Sian-jin putus asa dan untuk yang terakhir kali, dia mengerahkan seluruh tenaganya, menyalurkan tenaga itu pada cambuknya dan menyerang sekuat tenaga. Cambuknya meledak dahsyat dan menyambar dengan totokan, ujung cambuk meluncur dan menjadi kaku menusuk ke arah leher Thian Sin. Sungguh serangannya ini amat hebat dan berbahaya sekali sehingga Thian Sin sendiri sampai terkejut dan cepat pemuda ini miringkan tubuhnya dan dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, sebelum ujung cambuk lewat atau ditarik kembali, jari-jari tangannya telah menjepit ujung cambuk itu dan saat itu juga dia telah mempergunakan Thi-khi-i-beng.

Daya sedot yang amat kuat menjalar melalui cambuk itu sehingga ketika Tok-ciang Sian-jin mengerahkan tenaga hendak membetot cambuknya, tenaga sin-kangnya membanjir keluar. Terkejutlah kakek itu dan cepat dia melepaskan tenaga sin-kangnya, akan tetapi pada saat itu, Thian Sin telah menarik cambuk itu sehingga terlepas dan terampas olehnya. Tangan kiri Thian Sin bergerak memukul dan tubuh Tok-ciang Sian-jin terpelanting keras. Habislah harapan kakek itu dan karena dia tidak ingin disiksa, dia sudah menggerakkan tangan kirinya ke arah ubun-ubun kepalanya sendiri, akan tetapi... tiba-tiba dia terbelalak karena tangan kiri itu tidak dapat digerakkannya lagi. Dia mencoba tangan kanan, akan tetapi juga tangan kanannya tidak dapat digerakkan. Kiranya, dengan kecepatan yang luar biasa Thian Sin yang maklum bahwa lawannya hendak membunuh diri, telah mendahuluinya dan menggerakkan cambuk baja rampasan, menotok ke arah kedua pundak kakek itu sehingga membuat kakek itu lumpuh kedua lengannya dan tidak mampu digerakkan.

"Hemm, jangan mengira akan enak saja engkau menghabisi nyawamu sendiri, Tok-ciang Sian-jin Ciu Hek Lam. Terlalu enak bagimu!" kata Thian Sin sambil tertawa dan dari jauh, Kim Lan yang nonton pertempuran itu bergidik.

Wanita ini sendiri bukan orang lemah dan sudah banyak ia melihat kekejaman dilakukan orang, namun menyaksikan sikap Pendekar Sadis, ia benar-benar bergidik dan hampir ia tidak berani melihat apa yang hendak dilakukan oleh pendekar itu terhadap diri Tok-ciang Sian-jin. Betapapun juga, ia semakin kagum melihat betapa dengan mudahnya pemuda itu dapat merobohkan lawan, bahkan mampu pula mencegah lawan yang hendak membunuh diri.

"Ceng Thian Sin, aku sudah kalah olehmu, bunuhlah, siapa yang takut mati?" bentak Tok-ciang Sian-jin, bersikap galak dan berani, padahal dia menggigil kalau teringat bahwa dia terjatuh ke tangan Pendekar Sadis yang sepak terjangnya sudah banyak didengarnya itu.

"Ayah bundaku tewas dikeroyok ratusan orang lawan yang tidak seimbang, maka engkaupun harus mati dikeroyok!"

"Apa... apa maksudmu...?" Tok-ciang Sian-jin kini tidak lagi menyembunyikan rasa ngeri dan takutnya, suaranya gemetar.

"Kaulihat saja nanti...!" Thian Sin lalu menggerakkan cambuknya dan ujung cambuk panjang itu melibat tubuh kakek itu, lalu diseretnya kakek itu menuju ke sebuah pohon besar yang agaknya memang sudah dipersiapkan oleh Thian Sin untuk keperluan ini.

Sebuah pohon besar dan di atas pohon itu penuh dengan semut-semut besar, semacam semut yang suka makan bangkai, semut yang ganas sekali, berwarna merah darah! Melihat semut-semut itu, mengertilah Tok-ciang Sian-jin dan diapun berteriak-teriak.

"Jangan...! Jangan... bunuh saja aku...!"

Akan tetapi Thian Sin hanya tersenyum dan cambuk rampasan di tangannya itu menyambar-nyambar dan dalam waktu singkat saja semua pakaian tosu itu telah direnggut lepas dan tosu itu sudah telanjang bulat. Lalu cambuk itu beberapa kali menyambar, melecuti tubuh itu dan pecah-pecahlah kulit tubuh itu, membuat guratan-guratan berdarah yang panjang. Kemudian, dengan sabuk tosu itu sendiri, Thian Sin mengikat pinggang tubuh yang berdarah-darah itu lalu menggantung tubuh itu di cabang pohon. Kemudian, dengan cambuknya, dia melecuti sarang-sarang semut merah di cabang-cabang.

Mengamuklah semut-semut itu dan akhirnya menemukan korban, yaitu tubuh Tok-ciang Sian-jin. Mulailah mereka mengeroyok, menggigit dan tosu itu tanpa malu-malu lagi menjerit-jerit, meronta-ronta, menangis dan minta-minta ampun. Akan tetapi Thian Sin hanya tertawa saja dan semut-semut itu makin banyak berdatangan, menggigiti seluruh tubuhnya, bahkan mulai merayap sampai ke muka tosu itu. Mula-mula tosu itu mengusirnya dengan tiupan-tiupannya, akan tetapi akhirnya dia kehabisan napas dan mulailah semut-semut itu menggigiti dan menggerogoti kulit mukanya sedikit demi sedikit, hidungnya, bibirnya, pipi, mata, telinga!

Tok-ciang Sian-jin meronta-ronta dan tangisnya merupakan lolong yang mengerikan sampai Kim Lan sendiri menutupi telinganya dan membuang muka tidak berani memandang lebih lama lagi. Berjam-jam Tok-ciang Sian-jin mengalami siksaan yang amat hebat, mati tidak hiduppun tidak. Menjelang senja, setelah mengalami siksaan yang lebih dari setengah hari lamanya, akhirnya diapun terkulai dan pingsan, mendekati mati.

Thian Sin lalu menggunakan cambuk baja itu, diayun ke atas dan dengan pengerahan sin-kangnya, cambuk itu menyambar seperti pedang, tepat mengenai leher tubuh itu dan putuslah leher Tok-ciang Sian-jin. Dengan pakaian tosu itu yang tadi dilucutinya dengan cambuk, dia membungkus kepala itu, lalu dengan cambuknya dia membelit tubuh tanpa kepala itu, menyeretnya secara kasar sambil berjalan pergi menuju ke sarang Pek-lian-kauw!

"Taihiap...!" Kim Lan berseru, mukanya pucat sekali.

"Kau kembalilah dan tunggu aku di kuil tua." kata Thian Sin dan wanita itu mengangguk, lalu pergi cepat-cepat dari situ dengan hati penuh kengerian.

Pada keesokan harinya, gegerlah orang-orang Pek-lian-kauw ketika menemukan tubuh tanpa kepala, tubuh yang telanjang bulat dan rusak oleh gigitan semut-semut, tergantung oleh cambuk baja di pintu gerbang Pek-lian-kauw! Biarpun kepalanya sudah tidak ada dan tubuh itu sukar dikenal lagi, namun melihat cambuk baja itu, para tosu Pek-lian-kauw dapat menduga siapakah pula orangnya yang membunuh Tok-ciang Sian-jin Ciu Hek Lam secara demikian sadisnya. Siapa lagi kalau bukan Pendekar Sadis! Akan tetapi karena Tok-ciang Sian-jin bukan orang Pek-lian-kauw, dan melihat kenyataannya pendekar itu tidak membunuh seorangpun anggauta Pek-lian-kauw, maka merekapun diam saja.

Sementara itu, di kota raja juga gempar ketika pagi hari itu orang-orang melihat sebuah kepala terpancang di atas menara istana! Orang hanya dapat menduga-duga siapa yang melakukan itu, akan tetapi ada beberapa orang kang-ouw mengenal bahwa kepala itu adalah kepala Tok-ciang Sian-jin, maka orang-orangpun dapat menduga bahwa pembunuhnya agaknya adalah Pendekar Sadis.

Sementara itu setelah menggantung mayat di depan pintu gerbang Pek-lian-kauw dan kepalanya di menara istana, Thian Sin lalu kembali ke kuil kuno di mana Kim Lan telah menantinya. Kim Lan terisak ketika menyambut pemuda itu dengan pelukannya, kadang-kadang dia masih bergidik ngeri sungguhpun dia merasa girang sekali telah dapat mendekap lagi pemuda yang dikaguminya, dicinta, dipuja dan juga amat ditakutinya itu.

Akan tetapi pada keesokan harinya, mereka berdua yang masih tidur dikejutkan oleh suara halus dari luar kuil. Suara itu halus, akan tetapi juga berwibawa, "Pendekar Sadis, keluarlah, kami hendak bicara denganmu!"

Thian Sin juga mendengar suara itu. Dia mengulet dan mengucek matanya. Tubuhnya terasa segar karena hatinya puas telah berhasil menewaskan musuh besarnya. Dia terkejut juga mendengar suara itu, akan tetapi sama sekali tidak memperlihatkannya. Bahkan ketika Kim Lan mengintai keluar, kemudian kembali dengan mata terbelalak dan sikap takut, dia tersenyum.

"Tenanglah, kenapa takut?"

"Taihiap, yang datang adalah hwesio tua, tosu dan tiga orang tua lain. Mereka kelihatan begitu berwibawa dan marah. Aku...aku khawatir, taihiap."

"Tenanglah dan berpakaianlah yang pantas untuk menemui tamu." Thian Sin bangkit dan membereskan pakaiannya.

"Pendekar Sadis, kami menanti, keluarlah!"

Setelah agak lama, terdengar lagi suara tadi. Thian Sin mengajak Kim Lan keluar dan dia melangkah dengan tenang sekali. Ketika tiba di luar, dia melihat ada lima orang kakek yang berdiri di pekarangan kuil kuno. Seorang hwesio tua yang wajahnya keren, memegang sebatang tongkat hwesio, jubahnya lebar dan berwarna kuning. Orang ke dua adalah seorang tosu tinggi kurus, selalu tersenyum namun sepasang matanya tajam, dan tosu ini seperti juga si hwesio, tentu sudah berusia enam puluh tahun lebih dan dia memegang tasbih. Tiga orang kakek yang usianya juga enam puluhan tahun, ternyata mengenakan pakaian biasa, seperti sastrawan, namun sikap mereka dan keadaan mereka, Thian Sin dapat menduga bahwa mereka berlima itu tentu bukan orang-orang sembarangan, apalagi melihat sikap hwesio dan tosu yang alim dan berwibawa itu, sungguh jauh bedanya dengan sikap para pendeta Pek-lian-kauw. Maka diapun lalu menjura dengan sikap hormat dan berkata, "Ngo-wi locianpwe datang mencari saya, entah membawa keperluan apakah?"

Thian Sin memang pandai bersikap halus dan sopan tidak ubahnya seorang sastrawan muda yang tahu akan sopan santun.

"Omitohud...! Benarkah sicu ini yang dijuluki Pendekar Sadis?" tanya Si Hwesio tua sambil merangkap kedua tangan di atas dada sedangkan tongkatnya bersandar di pundaknya.

"Kiranya tidak salah dugaan lo-suhu, sungguhpun saya sendiri sama sekali tidak menghendaki menerima julukan seperti itu," jawab Thian Sin dengan sikap merendah dan masih manis budi.

"Siancai... siapa dapat percaya pemuda yang gagah dan ramah ini yang dijuluki Pendekar Sadis," kata pula Si Tosu sambil memperlebar senyumnya.

"Siapa ngo-wi locianpwe kalau saya boleh bertanya dan apakah maksud kunjungan ngo-wi ini?"

"Pinceng adalah Hwa Siong Hwesio dari Siauw-lim-pai," kata hwesio itu dengan sederhana, akan tetapi Thian Sin terkejut sekali karena nama Hwa Siong Hwesio ini adalah nama seorang tokoh yang amat tinggi kedudukannya di Siauw-lim-pai!

"Pinto adalah Kui Yang Tosu dari Kun-lun-pai," kata Si Tosu yang ramah.

Kembali Thian Sin terkejut karena kalau dia tidak salah ingat, yang bernama Kui Yang Tosu adalah wakil ketua partai persilatan Kun-lun-pai yang amat terkenal itu!

"Kami bertiga adalah Shan-tung Sam-lo-heng, sahabat baik dari mendiang Toan-ong-ya." kata seorang di antara tiga orang tua gagah itu.

Biarpun Thian Sin belum pernah mendengar nama ini namun dia dapat menduga bahwa agaknya tiga orang ini adalah pendekar-pendekar yang kenamaan di Propinsi Shan-tung dan memang dugaannya itu tepat sekali.

"Pinceng juga mengenal baik Toan-ong-ya," kata pula hwesio Siauw-lim-pai itu.

"Pinto banyak berhutang budi kepada mendiang Toan-ong-ya," sambung tosu Kun-lun-pai.

Diam-diam Thian Sin merasa tidak enak hati. Kiranya mereka ini adalah sahabat-sahabat Toan-ong-ya, maka jelaslah dapat diduga bahwa kunjungan mereka tentu hendak menegurnya, bahkan mungkin saja untuk membalaskan kematian pangeran itu. Akan tetapi, karena dia yakin akan kebenarannya, bahwa pembunuhannya terhadap Toan-ong-ya itu adalah karena kesalahan pangeran itu sendiri, dia bersikap tenang dan tidak merasa takut sedikitpun juga. Hal ini nampak oleh lima orang kakek itu dan merekapun diam-diam amat kagum. Pendekar Sadis ini selain masih muda, tampan, gagah dan halus budi, sopan santun, juga ternyata memiliki nyali yang amat luar biasa.

"Ah, kiranya ngo-wi locianpwe adalah sahabat-sahabat baik mendiang Toan-ong-ya. Kalau begitu, agaknya kedatangan ngo-wi adalah karena saya telah membunuh pangeran itu, bukan?" tanyanya dengan jujur, tanpa membuang waktu lagi.
"Bukan hanya itu, orang muda," kata tosu Kun-lun-pai. "Pinto datang untuk menegur caramu membasmi orang-orang dari dunia hitam!"

"Omitohud, dosamu bertumpuk-tumpuk, orang muda. Siapakah kaukira engkau ini? Giam-lo-ong sendiri? Ataukah ibils berwajah manusia? Pinceng sudah mendengar akan caramu menghakimi orang-orang, dengan penyiksaan dan pembunuhan yang amat mengerikan. Omitohud... Siauw-lim-pai akan ikut bersalah kalau tidak turun tangan terhadap keganasanmu ini!"

Thian Sin mengerutkan alisnya, akan tetapi, sambil tersenyum suaranya masih halus ketika dia berkata, "Ji-wi locianpwe dari Siauw-lim-pai dan Kun-lun-pai, maafkan kalau saya tidak dapat menyenangkan hati ji-wi, akan tetapi hendaknya diingat bahwa semua urusan saya tidak ada sangkut-pautnya dengan ji-wi locianpwe. Dan karena saya bukanlah anggauta kedua partai terbesar di dunia persilatan, maka kiranya saya tidak perlu mempedulikan larangan dan peraturan yang terdapat dalam perguruan ji-wi."

Jawaban itu singkat, padat, dan juga tegas. Kedua orang pendeta itu saling pandang dan nampaknya kehabisan akal, karena bagaimanapun juga, memang ucapan pemuda itu benar. Selain pemuda itu tidak ada urusan dengan Kun-lun-pai maupun Siauw-lim-pai, juga pemuda ini sama sekali tidak melakukan kejahatan dalam membasmi mereka yang tergolong jahat. Oleh karena itu, mereka kini menoleh kepada tiga orang gagah dari Shan-tung itu dan menggantungkan harapan kepada mereka untuk menyudutkan pemuda yang ganas ini. Seorang di antara tiga pendekar tua dari Shan-tung itu lalu berkata, suaranya garang.

"Pendekar Sadis, kedua orang pendeta yang budiman ini datang untuk menyadarkanmu dari kesesatan, akan tetapi engkau malah menjawab dengan kata-kata sombong. Akan tetapi ketahuilah, bahwa kami tidak mungkin dapat mendiamkan saja engkau membunuh Toan-ong-ya. Kalau kami diamkan, berarti kami membiarkan orang berbuat sewenang-wenang dan jahat."

Thian Sin tersenyum lebar. "Hemm, apakah sekarang orang-orang gagah di dunia ini telah berbalik hati dan hendak membela orang jahat? Kalau benar ngo-wi yang saya hormati sudah berbalik hati, membela orang jahat, biarlah saya akan menghadapi ngo-wi karena dengan demikian berarti pula bahwa ngo-wi adalah orang-orang jahat juga!"

"Omitohud...!"

"Siancai...!"

"Pendekar Sadis, berani kau berkata demikian? Siapakah yang mengatakan bahwa Toan-ong-ya adalah orang jahat? Agaknya wanita itu yang memberitahukanmu, bukan?" Seorang di antara tiga pendekar tua Shan-tung itu membentak.

"Kalau pangeran itu tidak jahat, mengapa sampai mati di tangan Pendekar Sadis?" Thian Sin balas bertanya.

"Coba katakan, kejahatan apakah yang telah dilakukan oleh Toan-ong-ya, maka engkau turun tangan membunuhnya secara keji!"

"Saya tahu apa yang saya lakukan, dan saya merasa tidak perlu berdebat. Akan tetapi, kalau ngo-wi hendak membela orang jahat yang telah saya bunuh, silakan maju, saya tidak akan undur selangkahpun!"

"Keparat...!" Tiga orang gagah dari Shan-tung itu meloncat ke depan, wajah mereka menjadi merah karena marah.

Pemuda itu mereka anggap sombong bukan main. Terdengar suara berdesing dan nampak sinar berkilat ketika mereka bertiga sudah mencabut pedang masing-masing, dan gerakan mereka sungguh cepat dan indah.

"Orang muda sombong, keluarkanlah senjatamu!"

Thian Sin tersenyum dan biarpun dia tahu bahwa mereka bertiga itu lihai sekali ilmu pedangnya, namun dia tidak merasa takut.

"Sam-wi hendak membela orang jahat? Majulah, saya belum merasa perlu untuk memakai senjata untuk menghadapi sam-wi."

Betapa sombongnya jawaban ini. Tiga orang gagah dari Shan-tung itu menjadi semakin marah, dan mereka sudah hendak menerjang maju, akan tetapi tiba-tiba tokoh Siauw-lim-pai itu memalangkan tongkatnya dan berkata.

"Omitohud... harap sam-wi tenang dulu. Tidak baik turun tangan sebelum diperoleh penjelasan."

Karena menghormati tokoh Siauw-lim-pai ini, Shan-tung Sam-lo-eng mundur dengan muka merah padam. Hwa Siong Hwesio lalu melangkah maju menghadapi Thian Sin.

"Orang muda, harap engkau suka menghadapi urusan dengan kepala dingin. Sungguh kami bukanlah orang-orang yang usil atau membela orang jahat, akan tetapi agaknya ada kesalahfahaman antara kita tentang diri mendiang Toan-ong-ya. Oleh karena itu, pinceng harap engkau suka memandang muka orang-orang tua ini untuk menjelaskan, kejahatan apakah yang telah dilakukan oleh Toan-ong-ya sehingga engkau mengambil keputusan untuk membunuhnya?"

Menghadapi sikap yang begini halus, Thian Sin merasa kewalahan juga. Kalau dia terus berkeras, berarti dia yang tidak tahu aturan. Maka diapun menjawab tenang.

"Locianpwe, kalau saya tidak melihat dia jahat, mengapa harus saya bunuh dia? Toan-ong-ya itu telah memperkosa wanita, membunuh ayah dan suami wanita itu. Coba ngo-wi bayangkan, apakah kejahatan itu tidak melewati batas dan sudah sewajarnya kalau saya membunuhnya?"

"Hemm, engkau tentu mendengar semua itu dari wanita ini, bukan?" seorang di antara tiga orang Shan-tung itu berkata.

Thian Sin mengangguk. "Benar, dan dia di sini karena harus kulindungi dari ancaman kaki tangan Toan-ong-ya yang tentu akan membunuhnya."

Dia sengaja menggunakan kata-kata kaki tangan Toan-ong-ya untuk menyindir kepada mereka.

"Omitohud... Sicu, engkau orang muda, biarpun telah memiliki ilmu silat yang tinggi, namun kurang pengalaman. Tahukah engkau mengapa Toan-ong-ya membunuh dua orang laki-laki yang menjadi ayah dan suami wanita ini?"

Mendengar pertanyaan ini, Thian Sin terperanjat. Baru dia sadar bahwa memang dia tidak mengenal dengan baik siapa sebenarnya diri Kim Lan sebelumnya, dan dia hanya percaya saja kepada cerita wanita ini!

"Mereka adalah pemburu-pemburu binatang liar yang menjadi langganan Toan-ong-ya dan ketika wanita ini mengantar kulit harimau, ia telah ditahan dan diperkosa oleh pangeran itu. Ketika suami dan ayahnya datang untuk menyelidik, mereka dibunuh oleh pangeran itu..."

"Siancai...!" Tosu itu berseru dengan suara panjang. "Pemutarbalikan fakta yang sungguh memalukan. Pendekar Sadis, ketahuilah bahwa wanita ini adalah bekas seorang maling tunggal yang terkenal di kota raja. Ia pernah berusaha untuk mencuri di istana Toan-ong-ya, lalu tertangkap, akan tetapi ia diampuni oleh Toan-ong-ya bahkan diberi pekerjaan menjaga keamanan asalkan ia berjanji akan merubah jalan hidupnya. Baru satu bulan dipekerjakan di istana Toan-ong-ya, ia bersekutu dengan dua orang perampok yang memang adalah suaminya dan ayahnya, dan ketika mereka datang malam itu, mereka ini masih tetap diampuni oleh Toan-ong-ya karena selama itu ia telah diambil selir oleh Toan-ong-ya, suatu kesalahan kecil dari mendiang Toan-ong-ya yang mudah dirayu wanita. Akan tetapi, bukan berterima kasih, ia malah hendak meracuni Toan-ong-ya. Bayangkan betapa jahatnya. Akan tetapi Toan-ong-ya tidak menuntut atau membunuhnya, hanya mengusirnya."

"Omitohud, sekarang jelaslah. Agaknya, mendengar akan namamu, Pendekar Sadis, ia telah berhasil membujukmu dan memutarbalikkan fakta sehingga engkau tertipu dan mau membunuh orang yang demikian berbudi seperti Toan-ong-ya..."

Thian Sin sudah tidak dapat menahan kemarahannya lagi.

"Kim Lan...!"

Dia memanggil dan menengok, akan tetapi wanita yang tadi berhenti di belakangnya itu tiba-tiba melarikan diri.

"Berhenti kau...!" Tosu Kun-lun-pai itu menggerakkan tangan memukul dari jarak jauh.

"Plakk!" Thian Sin menangkisnya dan tosu itu terhuyung ke belakang.

"Harap locianpwe jangan mencampuri urusanku!" Thian Sin berkata dan sekali loncat, tubuhnya sudah melesat ke depan seperti seekor burung saja, dan sekali tangannya meraih, rambut Kim Lan telah dijambaknya dan ditariknya dengan kuat sehingga tubuh wanita itu jatuh tergungkur.

Kim Lan meloncat bangun, mencabut sebuah pisau belati dan menusukkan pisau ke perutnya sendiri, akan tetapi sekali renggut saja, pisau itu telah pindah ke tangan Thian Sin dan sebuah tendangan membuat wanita itu terjungkal. Tiga orang kakek itu telah maju mendekat dan hanya menonton. Thian Sin seperti tidak menganggap ada orang lain di tempat itu.

"Kim Lan, hayo katakan, benarkah semua itu? Benarkah bahwa engkau datang pura-pura menggantung diri untuk membujuk dan membohongi aku? Benarkah mereka itu perampok dan engkau pencuri, dan bahwa Toan-ong-ya adalah seorang yang budiman? Hayo jawab sebenarnya!"

Tiba-tiba wanita yang menangis itu menjadi nekat. Dipandangnya Thian Sin melalui air matanya, dan ia berkata,

"Benar, memang benar! Akan tetapi ayahku dan suamiku dibunuh, aku harus membalas dendam, dan engkau taihiap...engkau... aku tergila-gila kepadamu... ahhh!"

"Perempuan iblis, jadi engkau telah menipuku, mataku masih melek seperti hendak kaubikin buta, dan mulutmu pandai sekali membujuk, merayu, berbohong! Rasakan ini!"

Beberapa kali pisau berkelebat. Lima orang kakek itu hendak mencegah akan tetapi menahan tangan mereka karena maklum bahwa selain tidak keburu, juga pemuda itu agaknya tidak mau dicampuri orang lain. Terdengar wanita itu menjerit-jerit mengerikan dan darah muncrat-muncrat dari mukanya.

Kedua matanya telah dicokel keluar oleh pisau di tangan Thian Sin, dan ada dua guratan pisau membentuk palang merobek mulutnya dari pipi di kanan kiri sampai ke dagu. Tentu saja Kim Lan berkelojotan di atas tanah dan karena bibirnya dan pipinya sudah robek-robek, suara yang terdengar dari mulutnya menjadi aneh, seperti suara binatang!

"Inilah biang-keladi semua peristiwa itu, ngo-wi locianpwe. Selamat berpisah!" Thian Sin melompat dengan cepat tanpa memberi kesempatan lima orang itu menjawab.

Lima orang kakek itu masih terlampau kaget dan ngeri menyaksikan hukuman kejam yang dijatuhkan oleh Pendekar Sadis kepada Kim Lan sehingga mereka tercengang dan tidak sempat menghalangi perginya pemuda itu. Dan pula, apa perlunya menghalanginya. Mereka datang selain untuk menuntut pembunuhan atas diri Toan-ong-ya, juga untuk memberi nasihat kepada pendekar yang hatinya kejam seperti iblis itu. Dan ternyata, dalam urusan pangeran itu, Pendekar Sadis bukannya sengaja membunuh orang baik-baik, melainkan tertipu oleh wanita ini yang telah dihukumnya pula, sedangkan tentang nasihat, agaknya pemuda itu agaknya tidak dapat dinasihati. Buktinya, baru saja mereka menegur si pendekar itu kembali telah melakukan kekejaman dalam menghukum orang jahat, yaitu terhadap wanita itu, dan di depan mata mereka sendiri malah!

Thian Sin cepat meninggalkan daerah itu. Dia agak merasa gelisah juga setelah pertemuannya dengan lima orang kakek itu. Mengapa dia begitu ceroboh sehingga mudah saja tertipu oleh seorang wanita seperti Kim Lan? Kini dia dihadapkan dalam keadaan yang tidak enak sekali dengan para tokoh pendekar di dunia. Akan tetapi, dia tidak peduli dan hatinya merasa puas setelah dia berhasil membunuh semua musuh orang tuanya.

Dan sekarang tinggal musuh-musuh keluarga Lian Hong! Dan musuh-musuh keluarga Ciu Khai Sun itupun hanya tinggal See-thian-ong, Lam-sin dan Pak-san-kui. Musuh-musuh yang amat berat. Akan tetapi, dia harus dapat mengalahkan mereka, membunuh mereka. Biarpun bukan tokoh-tokoh besar itu sendiri yang bergerak, namun jelas bahwa orang-orang mereka ikut menyerbu dan menyebabkan terbasminya keluarga Ciu itu. Dan selain keinginannya hendak membalaskan kematian keluarga Ciu itu, ada satu keinginan lain yang pada akhir-akhir ini menyelinap di dalam hati sanubarinya.

Mendiang ayahnya telah gagal menjadi jagoan nomor satu di dunia! Dia, sebagai keturunannya, putera tunggalnya, harus menebus kegagalan itu. Dia harus dapat mengalahkan semua jagoan di dunia, terutama sekali datuk-datuk kaum sesat. Memang, dia pernah mengalahkan See-thian-ong dan Pak-san-kwi, akan tetapi kemenangannya itu belum mutlak. Barulah kemenangannya akan diakui oleh dunia kalau dia sudah dapat membunuh mereka, yaitu ketiga datuk itu, See-thian-ong, Lam-sin dan Pak-san-kwi! Dan dia akan mencari, akan membunuh mereka selain untuk membalas sakit hati Ciu Lian Hong, juga untuk membikin puas hati mendiang ayahnya bahwa puteranya telah dapat mengalahkan semua datuk di dunia sesat!

Setelah membunuh mereka bertiga, barulah dia akan menghadapi Tung-hai-sian, datuk di timur itu. Biarpun dengan datuk ini dia tidak mempunyai urusan sesuatu, namun untuk dapat mengangkat nama ayahnya dia harus dapat mengalahkan semua datuk, termasuk Tung-hai-sian. Dan puterinya itu, siapa namanya? Ah, ya, Bin Biauw, sungguh cantik jelita, kecantikan yang khas wanita keturunan Korea!

Dia pernah mengalahkan See-thian-ong dan Pak-san-kwi, juga dia pernah bertemu dengan Tung-hai-sian. Hanya Lam-sin saja, datuk kaum sesat dari selatan itulah yang belum pernah dijumpainya, walaupun dia pernah bertemu dengan anak buahnya, yaitu anggauta-anggauta Bu-tek Kai-pang yang rata-rata amat lihai itu. Juga berita tentang Lam-sin ini amat menarik hatinya, karena tokoh datuk kaum sesat yang satu ini keadaannya diliputi penuh rahasia dan kabarnya lihai bukan main, lebih lihai daripada tiga datuk lainnya. Pula, untuk sementara waktu, memang ada baiknya untuk meninggalkan kota raja sejauh mungkin, apalagi setelah para pendekar merasa tidak senang kepadanya. Dan tempat tinggal datuk selatan itu tempatnya paling jauh dari kota raja. Dia mendengar bahwa Bu-tek Kai-pang berpusat di Heng-yang, di Propinsi Hu-nan, maka ke sanalah dia pergi. Adapun tentang Lam-sin sendiri, tidak ada yang tahu berada di mana atau di mana tempat tinggalnya. Akan tetapi dia merasa yakin bahwa di sarang Bu-tek Kai-pang, tentu dia akan dapat menemukan ketuanya, yaitu Lam-sin, atau setidaknya, dari para pengemis itu tentu dia akan dapat menemukan alamat Lam-sin.

Sama sekali Thian Sin tidak pernah menduga bahwa dia menuju ke sebuah kota di mana dara yang dicintanya itu, Ciu Lian Hong, pernah tinggal, bahkan tinggal bersama dengan Lam-sin, juga bahwa kakak angkatnya, Cia Han Tiong, bersama ayah dan ibu angkatnya, yaitu Pendekar Lembah Naga, pernah datang ke kota itu dan bertemu dengan Lam-sin!

Bu-tek Kai-pang memang merupakan perkumpulan pengemis yang amat berpengaruh di Propinsi Hu-nan bahkan di seluruh daerah selatan. Bukan hanya karena para pengemis yang bajunya tambal-tambalan dan bersih itu rata-rata berkepandaian tinggi yang membuat para pengemis ini ditakuti orang, akan tetapi terutama sekali karena perkumpulan ini adalah anak buah dari Lam-sin, datuk selatan yang dianggap sebagai datuk semua kaum sesat di daerah selatan. Yang disebut daerah selatan adalah yang berada di sebelah selatan Sungai Yang-ce-kiang.

Lam-sin sendiri merupakan seorang tokoh yang penuh rahasia, jarang ada yang tahu bahwa datuk kaum sesat selatan yang hanya terkenal dengan sebutan Lam-sin (Malaikat Selatan) itu adalah seorang nenek. Bahkan orang-orang di dalam kota Heng-yang di Propinsi Hu-nan itu sendiri, kalau bertemu dengan nenek ini, tidak tahu bahwa ia adalah Lam-sin yang tersohor itu. Lam-sin tidak pernah keluar turun tangan sendiri menghadapi segala macam urusan. Cukup dengan perkumpulan Bu-tek Kai-pang saja yang membereskan semua persoalan. Memang dalam urusan yang besar, yang tidak mampu dibereskan oleh Bu-tek Kai-pang, seperti ketika ada lima jagoan dari Jepang yang membuat kacau di pantai lautan timur selatan dan yang amat lihai sehingga para pimpinan Bu-tek Kai-pang tidak mampu menundukkannya, Lam-sin sendiri yang turun tangan. Namun, ia turun tangan di waktu malam dan lima orang jagoan dari Jepang itu tidak tahu orang macam apakah yang menghajar mereka sehingga mereka lari tunggang langgang naik ke dalam perahunya dan tidak pernah berani kembali lagi.

Pendeknya, tokoh Lam-sin ini penuh rahasia dan di manapun ia berada, tidak pernah ia memperkenalkan dirinya kepada orang lain. Bu-tek Kai-pang merupakan nama perkumpulan yang membayangkan ketinggian hati ketuanya. Bu-tek Kai-pang berarti Perkumpulan Pengemis Tanpa Tanding! Dan untuk urusan sehari-hari, perkumpulan ini dipimpin oleh ketua-ketua yang disebut pangcu-pangcu karena Lam-sin sendiri tidak mau disebut ketua pengemis! Tiga orang pangcu dari Bu-tek Kai-pang adalah orang-orang yang menerima pelajaran ilmu silat langsung dari Lam-sin, dan mereka itupun hanya dikenal julukan mereka saja yang sesuai dengan warna pakaian mereka. Ketua pertama adalah Ang-i Kai-ong (Raja Pengemis Berbaju Merah), ketua ke dua adalah Jeng-i Kai-ong karena pakaiannya yang berwarna hijau dan yang ke tiga adalah Pek-i Kai-ong yang selalu berbaju putih. Tiga orang inilah yang langsung menangani semua urusan kai-pang itu.

Mereka adalah orang-orang yang berilmu tinggi dan amat tunduk dan setia kepada Lam-sin yang merupakan guru mereka. Tentu saja Bu-tek Kai-pang dianggap sebagai perkumpulan kaum sesat dan Lam-sin sendiri juga sebagai datuk sesat karena sepak terjang perkumpulan itu sendiri memang jelas menunjukkan bahwa mereka adalah golongan hitam. Perkumpulan ini merupakan pemerintah gelap yang menuntut pajak dari tempat-tempat perjudian, pelacuran dan semua penjahat dari golongan apapun di selatan selalu membayar semacam "pajak" atas penghasilan mereka kepada Bu-tek Kai-pang. Kalau hal ini tidak dipenuhi, jangan harap mereka itu akan dapat melanjutkan "pekerjaan" mereka. Oleh karena itu, tentu saja penghasilan Bu-tek Kai-pang yang masuk amat banyak dan perkumpulan itu memperoleh dana yang lebih dari cukup. Bahkan Lam-sin yang memang tadinya sudah memiliki harta yang besar itu kini hidup serba kecukupan dalam sebuah istana yang indah dan penuh dengan barang berharga.

Ketika pada pagi itu Thian Sin memasuki kota Heng-yang, tanpa bertanya-tanya saja dia sudah dapat melihat ada beberapa orang anggauta pengemis Bu-tek Kai-pang berkeliaran di dalam kota. Pakaian mereka yang tambal-tambalan akan tetapi bersih dan baru itu sudah menunjukkan siapa adanya mereka. Dan mereka itu tidak ada yang mengemis! Mereka berjalan-jalan seperti penjaga-penjaga keamanan saja, dengan sikap yang angkuh dan pendiam, tidak mempedulikan keadaan kanan kiri agaknya. Ada yang memegangnya dengan tangan, ada pula yang menaruhnya di punggung, akan tetapi setiap orang pengemis Bu-tek Kai-pang selalu mempunyai sebatang tongkat akar bahar yang berwarna hitam dan berlekak-lekuk seperti ular.

Thian Sin memasuki sebuah rumah makan dan sengaja memilih meja yang berdekatan dengan pintu. Dengan penuh perhatian dia melihat pengemis yang mendekati rumah makan itu. Pengemis itu masih muda, belum empat puluh tahun usianya. Pakaiannya yang tambal-tambalan dan masih baru, nampak jelas sekali bahwa itu bukan baju robek yang ditambal-tambal, melainkan sengaja dibuat baju baru dari kain baru yang disambung-sambung. Pengemis inipun mempunyai sebatang tongkat akar bahar yang tergantung di punggungnya. Dari gerak kedua kaki itu ketika si pengemis menghampiri rumah makan, mudah dilihat bahwa dia memiliki kepandaian silat yang cukup kuat. Gerakan kakinya tegap dan teguh, dengan punggung tegak lurus dan sikap waspada.

Thian Sin memang sengaja mau mencari gara-gara. Dia tadi sudah makan panggang ayam dan melihat pengemis itu lewat di dekat mejanya, dia lalu mengambil tulang-tulang ayam di dalam mangkoknya, dan memberikan itu kepada si pengemis sambil berkata dengan suara lantang.

"Heii, jembel! Nih kuberi tulang ayam sebagai hadiahku kepada rajamu. Berikan ini kepada rajamu, ya?"

Semua orang menoleh dan banyak mata terbelalak, muka orang-orang itu menjadi pucat ketika melihat siapa yang dihina oleh pemuda itu. Ada orang berani menghina seperti itu kepada seorang pengemis Bu-tek Kai-pang, sungguh itu berarti mengantar nyawa untuk mati konyol! Semua orang memandang dan menduga bahwa di lain saat mereka akan melihat pemuda itu menggeletak tanpa nyawa di tempat itu. Akan tetapi, pengemis muda yang sudah berhenti melangkah dan berdiri di depan Thian Sin, sejenak memandang dengan sinar mata tajam penuh selidik. Jelas bahwa dia marah sekali. Agaknya memang dia tidak mau membikin ribut di dalam restoran. Dia menerima tulang-tulang ayam itu, kemudian sekali banting, tulang-tulang ayam itu menancap di atas papan meja di depan Thian Sin! Itulah demontrasi kekuatan sin-kang yang lumayan!

Akan tetapi Thian Sin tertawa melihat kemarahan ini. "Ha-ha-ha, rajamu tidak doyan tulang? Aneh sekali! Bukankah biasanya pengemis berebut tulang dengan anjing-anjing? Kalau rajamu menghendaki daging, suruh dia datang ke sini!"

Semua orang yang mendengar ini merasa ngeri. Sudah gilakah pemuda itu, pikir mereka. Tidak ada seorangpun di kota itu akan berani bersikap menghina seperti ini, apalagi ditujukan kepada raja pengemis. Sungguh mencari mati seratus kali!

Akan tetapi pengemis itu mampu menahan kemarahannya. Dia mengerti benar bahwa pemuda ini tentu bukan penduduk Heng-yang dan dapat menduga pula bahwa pemuda ini memang sengaja mencari gara-gara. Maka setelah memandang dengan sinar mata penuh ancaman, dia melangkah keluar dari rumah makan itu, tidak jadi masuk. Biasanya, seorang anggauta Bu-tek Kai-pang yang memasuki rumah makan akan dilayani seperti tamu-tamu biasa, walaupun mereka itu tidak perlu membayar. Dan fihak pemilik rumah makan juga tidak merasa menyesal karena para anggauta Bu-tek Kai-pang itu selalu tertib, tidak memperlihatkan sikap sewenang-wenang dan hanya masuk dan makan kalau memang mereka lapar dan membutuhkan makanan.

Pendeknya, sikap mereka itu rata-rata berwibawa dan tidak rendah seperti penjahat-penjahat kecil. Melihat pengemis itu pergi keluar, Thian Sin hanya tersenyum dan melanjutkan makan minum seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Dia tidak peduli akan pandang mata para tamu lain yang ditujukan kepadanya, bahkan di antara mereka ada yang memberi tanda-tanda dengan kedipan mata agar dia itu cepat-cepat pergi saja.

Sebaliknya, Thian Sin malah minta ditambah araknya dan pelayan yang melayaninya juga memandang dengan wajah pucat, lalu berbisik ketika membawa arak yang dipesannya.

"Kongcu sebaiknya cepat meninggalkan tempat ini...!"

"Jangan campuri urusanku!" bentak Thian Sin dan pelayan itu pergi ketakutan.

Semua orang merasa tegang dan ngeri, apalagi ketika mereka melihat bahwa pengemis yang tadi kini telah nampak di luar rumah makan, bersama pengemis kedua yang bermuka hitam, bertubuh tinggi besar dan nampak kuat sekali. Mereka berdua itu kini telah memegang tongkat mereka, tanda bahwa mereka telah bersiap-siap menghajar pemuda kurang ajar yang masih enak-enak minum arak di dalam rumah makan itu. Thian Sin juga melihat dua orang pengemis itu dan dia tersenyum, hatinya gembira bahwa pancingannya mulai berhasil. Tidak mudahlah baginya untuk mencari Lam-sin tanpa memancing keributan dengan Bu-tek Kai-pang.

Setelah selesai makan minum yang dilakukan dengan sabar dan tidak tergesa-gesa, membuat dua orang pengemis itu makin marah, dia lalu membayar kepada pelayan yang kelihatan lega melihat pemuda itu akhirnya mau meninggalkan rumah makan itu. Akan tetapi dia terbelalak melihat pemuda itu mengumpulkan tulang-tulang ayam dan membawanya keluar dari restoran. Thian Sin melangkah keluar sambil tersenyum-senyum tenang melihat lagak dua orang pengemis yang menghadangnya di luar itu.

Thian Sin bersikap seolah-olah tidak melihat bahwa dua orang pengemis itu marah sekali, dan tidak melihat bahwa tangan mereka yang memegang tongkat akar bahar itu tergetar karena marah dan ingin memukul. Malah dia tersenyum.

"Aih, kiranya engkau masih berada di sini dan membawa teman? Apakah kalian diutus oleh raja kalian untuk menerima hadiah tulang ayam dariku?"

"Keparat bermulut busuk!"

"Bocah sudah bosan hidup!"

Dua orang pengemis itu sudah bergerak cepat, yang seorang menusukkan tongkatnya ke arah dada Thian Sin, yang ke dua menghantamkan tongkat itu ke arah lehernya. Namun Thian Sin dengan dua kali langkah ke kiri dan belakang saja sudah dapat menghindarkan diri dan dia berkata sambil tertawa, "Nah, ini hadiahku, sampaikan kepada Lam-sin!"

Dan tangannya bergerak, ada sinar menyambar dan dua orang pengemis itu berteriak kesakitan, tongkat-tongkat mereka terlepas dan mereka mundur dengan mata terbelalak. Kedua tangan mereka lumpuh dan tulang-tulang ayam itu telah menancap pada lengan mereka, mengenai urat-urat besar yang membuat lengan mereka menjadi lumpuh dan terasa nyeri bukan main. Maklum bahwa pemuda itu adalah seorang ahli dan bukan lawan mereka, kedua orang pengemis itu lalu membalikkan tubuh dan pergi dari situ dengan langkah lebar, kedua lengan masih bergantung lumpuh.

"Hei, jangan lupakan tongkat jimat kalian!" Thian Sin berseru dan dia menyambar dua tongkat itu, lalu
melemparkannya sembarangan ke depan.

LANJUT KE JILID 032--->
<---Kembali