Rabu, 29 Januari 2014

Misteri di Styles (The Mysterious Affair at Styles, 1920)

Misteri di Styles (The Mysterious Affair at Styles, 1920)


Strychninae Sulph ....gr.I
Potass Bromida..........3vi
Aqua ad........................3viii
fiat mistura

Meresensi novel perdana Agatha Christie merupakan pekerjaan penting karena pada novel ini Agatha meletakan dasar bagi penulisan novel novel berikutnya. The Mysterious Affair at Styles memperkenalkan cara baru bagaimana seorang detektif bekerja. Mungkin cara lama adalah gaya Sherlock Holmes yang lebih dulu terkenal. Lantas, apa bedanya? Pertama, Agatha cenderung menekankan analisa psikologi pada tokoh tokoh yang terlibat. Analisa psikologi ini demikian penting sehingga terkadang tersangka pembunuh dapat dikenali lebih awal.



Kajian psikologis ini kemudian dijadikan mainframe guna mengumpulkan bukti bukti yang lebih terarah (sebab seringkali terlalu banyak bukti malah bikin masalah menjadi kabur). Dan yang lebih penting dapat dijadikan pijakan untuk menentukan strategi jebakan guna membuat pembunuh tidak bisa berkelit lagi.

Yang kedua adalah media pembunuhan. Pembunuhan ala Agatha banyak ragamnya, mulai dari pencekikkan, penusukkan, pemukulan, sampai penembakan senjata api. Namun favoritnya adalah dengan racun. Penguasaan efek efek racun dikuasai dengan baik oleh Agatha sehingga kerap kali inti cerita dimulai dengan rekayasa racun seperti yang digunakan pada novel ini.
Yang ketiga, tak kalah penting, adalah motif pembunuhan. Selain kajian psikologi dan media pembunuhan, maka penelusuran motif bisa membantu membuat masalah menjadi lebih terang. Agatha cenderung menjadikan motif harta/warisan sebagai motif yang paling banyak menjadi inspirasi pembunuhan. Disusul asmara/ perselingkuhan. Sangat jarang motif kekuasaan.

Kembali pada alur cerita novel ini. Kapten Hastings bertemu sobatnya, suami istri John dan Mary Cavendish di Desa Styles. Anda perlu mengingat tempat ini karena di sini lah kisah Hercule poirot berawal, dan berakhir. Inilah debut pertama Poirot, dan disini pula Poirot nantinya (Curtain, novel terakhir) terbunuh secara tragis. Sejak awal situasinya memang tidak mengenakkan. John tinggal bersama ibu tirinya Nyonya Inglethorp yang kawin lagi dengan lelaki yang lebih muda, Alfred. Disamping kondisi ekonomi John sendiri yang morat marit, ada kecurigaan Alfred ingin mengangkangi harta ibu tirinya itu. Lebih ribet lagi karena rumah tangga John sedang guncang, karena John terlibat perselingkuhan dengan gadis sedesa. Ah, potensi intrik mulai terasa.

Terjadilah pembunuhan itu, menimpa Nyoya Inglethorp. John diseret ke pengadilan karena kesaksian yang memberatkan: terlibat ribut dengan ibu tirinya dan... pembelian strychnine olehnya sebelum mendiang terbunuh. Gawat! Hasil otopsi memang menunjukan kematian nyonya Inglethorp karena racun strychnine. Untung Poirot segera hadir.
Hasil penelitiannya menunjukan pembunuh sebenarnya adalah orang yang faham bahwa tonikum yang diminum nyonya Inglethorp mengandung strychnine yang menjadi tonikum bila diracik dengan formula yang tepat. Tetapi menjadi racun bila ditambahkan bromida. prosesnya adalah pengendapan Strychnine. Jadi setelah sekian lama meminum obat, endapan terakhir tonikum menjadi racun yang mematikan. Waktu telah dihitung. Dan pada saat kematian yang telah direncanakan, pembunuh akan menyingkir untuk membuat alibi yang sempurna. Tinggal tunggu waktu ......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar