Jumat, 07 Februari 2014

Serial Pedang Kayu Harum 40

Pedang Kayu Harum Jilid 040

<--kembali

Gerakan Lai Ban matang dalam pengalaman pertempuran, sebaliknya Ouw Kian adalah aseli dan orang muda ini lebih tekun berlatih Tiat-ciang-kun-hoat, apalagi di bawah bimbingan ayahnya sendiri, pencipta ilmu silat ini. Dia belum dapat mengalahkan Lai Ban akan tetapi sedikit demi sedikit setiap jurus serangannya makin mendesak Lai Ban sehingga wakil ketua ini mulai kelihatan sibuk dan mundur.

Lai Ban sebetulnya diam-diam amat mengharpkan menjadi ketua Tiat-ciang-pang. Ketika putera Ouw-pangcu yang sejak lama di utara itu tiba dan kemudian memperdalam Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat, diam-diam dia merasa tidak senang, apalagi ketika dia mendengar pernyataan Ouw-pangcu untuk mengangkat putera itu sebagai pengganti, hatinya makin iri dan tidak puas. Akan tetapi di depan Ouw-pangcu, dia tidak berani membantah dan hanya dia menghubungi para ketua cabang yang sebagian besar adalah murid-muridnya dan lebih setia kepadanya untuk mengajukan pencalonan dirinya di dalam pesta itu. Apalagi karena dia merasa yakin akan dapat mengalahkan keponakannya itu. Betapapun juga, karena khawatir menghadapi kegagalan , diam-diam jauh hari sebelumnya Lai Ban telah menemui sebuah perguruan lain di kota Liong-eng, yaitu perguruan Kim-to Bu-koan (Perguruan Silat Golok Emas). Lai Ban memang seorang murid pandai dari perguruan ini sebelum dia menjadi wakil ketua Tiat-ciang-pang. Akan tetapi guru Lai Ban yaitu tosu yang memimpin perguruan itu telah meninggal dunia dan kini perguruan dilanjutkan oleh Thian It Tosu, seorang suheng dari Lai Ban. Semenjak dipimpin Thian It Tosu, perguruan Kim-to Bu-koan menjadi mundur. Maka ketika Lai Ban yang terhitung sute dari Thian It Tosu datang dan mohon bantuan suhengnya agar niatnya menjadi ketua Tiat-ciang-pang tercapai, yaitu dukungan moril dan kalau keadaan memerlukan juga bantuan tenaga, tosu ini cepat berkata girang,

"Bagus sekali, Sute! Jangan khawatir, tentu pinto akan membantumu dan kalau si tua tangan palsu itu merintangimu, biarlah pinto yang menghadapinya. Akan tetapi tentu saja pinto tidak mau bekerja sia-sia dan engkau pun tentu sudah tahu akan kemunduran bu-koan kita dimana engkau pun menjadi anak muridnya. Demi nama besar bu-koan kita, pinto harap kelak Tiat-ciang-pang dapat digabungkan dengan Kim-to Bu-koan, dengan demikian bukankah kedua perkumpulan akan menjadi makin pesat dan besar?"

Demikianlah, ketika Tiat-ciang-pang mengadakan pesta, Thian It Tosu menerima undangan pula dan menjadi seorang di antara tamu-tamu terhormat yang hadir disitu. Sebagai suheng dari Lai Ban, tentu saja Ouw-pangcu menerimanya dengan kehormatan. Ketika terjadi pertandingan antara Lai Ban dan Ouw Kian, tosu ini memandang penuh perhatian dan diam-diam dia sudah siap sedia untuk membantu sutenya. Kalau saja Kim-to Bu-koan tidak hampir bangkrut kiranya tosu ini segan untuk mencampuri urusan pemilihan ketua perkumpulan lain yang menjadi urusan dalam perkumpulan itu sendiri. Akan tetapi dia mempunyai tujuan lain untuk menggabungkan kedua perkumpulan dan menghidupkan kembali Kim-to Bu-koan.

Pertandingan berlangsung makin seru dan Lai Ban sudah amat terdesak. Beberapa kali dia hampir terpukul, bahkan satu kali pundaknya kena diserempet pukulan tangan kiri Ouw Kian sehingga terasa ngilu. Hal ini membuatnya marah sekali. Ia tahu bahwa Ouw -pangcu tidak berlebih-lebihan ketika mengatakan bahwa tingkat kepandaian puteranya itu lebih tinggi daripadanya sendiri. Ia maklum pula bahwa dalam Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat dia kalah mahir. Akan tetapi dia tidak percaya kalau tenaganya Tiat-ciang-kang kalah kuat, apalagi kalau diingat bahwa sebelum mempelajari Tiat-ciang-kang, dia telah mempelajari sinkang yang kuat, hasil pelajarannya sebagai murid Kim-to Bu-koan. Maka dia lalu mengeluarkan pekik nyaring, mengerahkan tenaga Tiat-ciang-kang sehingga tangannya berkerotokan bunyinya kemudian memukul dengan tenaga dahsyat ini.

Ouw Beng Kok terkejut. Pertandingan itu dimaksudkan untuk menguji Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat, dan kalau hendak menguji Tiat-ciang-kang, tentu saja bukan dengan cara menyerang sehebat itu. Tenaga Tiat-ciang-kang dapat diuji tanpa bertanding yang amat membahayakan keselamatan lawan. Namun pukulan sudah dilakukan dan ketua ini hanya dapat enahan napas. Tidak hanya Ouw Beng Kok yang kaget sekali, juga para pipinan cabang-cabang Tiat-ciang-pang dan terutama sekali Ouw Kian sendiri yang tiba-tiba diserang demikian hebatnya. Ia amat menghormati Lai Ban, dan selain menganggap orang tua ini sebagai paman gurunya, juga menganggapnya sebagai tokoh tua Tiat-ciang-pang yang amat diharapkan bantuannya kelak kalau dia menjabat ketua dan Lai Ban menjadi wakilnya. Kini menyaksikan serangan paman gurunya, Ouw Kian tidak dapat mengelak lagi dan demi untuk kemenangannya dalam pemilihan ketua, juga untuk memperlihatkan kepada Lai Ban yang tidak mengandung niat baik itu bahwa dalam hal tenaga Tiat-ciang-kang dia pun tidak kalah, Ouw Kian lalu mengerahkan pula tenaga sinkang pada kedua tangannya dan dia menyambut pukulan Lai Ban.

"Dessssss...!!"

Hebat sekali pertempuran dua tenaga sinkang itu, seperti bertemunya dua toya baja yang keras! Ouw Kian terhuyung ke belakang sampai lima langkah, akan tetapi Lai Ban terjengkang dan roboh bergulingan. Biarpun dia cepat melompat bangun dengan muka merah, namun jelaslah bagi semua orang bahwa dala pertempuran tenaga ini Lai Ban kalah setingkat oleh Ouw Kian! Ouw Kian cepat menjura dan berkata, "Maafkan aku dan terima kasih bahwa Susiok tadi mengalah."

Akan tetapi ucapan ini seperti minyak menambah api yang berkobar di dada Lai Ban. Secepat kilat tangannya bergerak dan sebatang golok telah berada di tangannya, berkilauan saking tajamnya.

"Ouw Kian, aku belum kalah! Dia yang terkuatlah yang patut menjadi ketua sebuah perkumpulan!" Cepat sekali Lai Ban sudah menerjang dengan goloknya. Golok bergagang emas itu menyambar ganas di dahului pukulan Tiat-siang-kang jarak jauh sehingga tentu saja hebat luar biasa!

"Ahhh...!" Ouw Beng Kok mendengus marah dan Ouw Kian juga kaget, cepat dia mengelak ke samping. Akan tetapi Lai Ban yang memang ahli bermain golok, tidak memberi kesempatan kepada lawannya, goloknya berkelebatan dan menjadi segulung sinar keemasan yang menyambar-nyambar. Kepandaian Ouw Kian dalam hal Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat dan tenaga sakti Tiat-ciang-kang memang lebih tingi setingkat dibandingkan dengan Lai Ban, akan tetapi kalau Lai Ban mempergunakan goloknya tentu saja Ouw Kian bukan tandingannya. Biarpun sudah mengelak cepat, masih saja ujung golok menyerempet paha kiri Ouw Kian sehingga dia roboh terguling dengan paha mandi darah.

"Lai Ban, manusia curang!" Tiba-tiba Ouw Beng Kok membentak dan tubuuhnya meloncat ke depan. Ia menudingkan telunjuknya dengan marah sekali ke arah muka wakilnya itu lalu berseru keras, "Sungguh perbuatanmu amat mencemarkan dan memalukan Tiat-ciang-pang! Sudah jelas bahwa ujian ini hanya terbatas pada ilmu kita, mengapa engkau menggunakan golok melukai Ouw Kian?"

Beberapa orang pengurus cabang yang setia kepada Ouw Beng Kok segera menolong Ouw Kian memberi obat dan membalut luka di pahanya yang ternyata tidak hebat itu sehingga Ouw Kian sudah dapat berdiri kembali dan kini memandang kepada Lai Ban dan ayahnya penuh kekhawatiran. Ia tidak menghendaki bentrokan terjadi antara para pimpinan Tiat-ciang-pang sendiri.

Lai Ban berdiri menghadapi Ouw Beng Kok dengan golok di tangan, sikapnya menantang ketika dia berkata, "Ouw-twako, sudah kukatakan bahwa aku tidak cocok dengan pendapatmu bahwa ilmu Tiat-ciang-kun-hoat tidak boleh dicampur dengan ilmu silat lain.

Buktinya, setelah kucampur dengan Kim-to-hoat (Ilmu Golok Emas) memiliki kemampuan mengatasi Tiat-ciang-kun-hoat. Untuk menjadi ketua harus memiliki kepandaian yang paling tinggi, kalau tidak, bagaimana mungkin mampu memimpin perkumpulan? Kalau aku menjadi ketua, akan kupimpin perkumpulan kita menjadi maju dan besar, dan akan kuajar ilmu golok kepada para anggauta."

"Lai Ban! Engkau hendak berkhianat? Apa sih hebatnya ilmu golokmu? Biarlah aku mencobanya dengan menggunakan Tiat-ciang-kang tanpa senjata!" Setelah berkata demikian, Ouw Beng Kok menerjang maju dengan kedua tangannya, mempergunakan jurus Tiat-ciang-kun-hoat menyerang wakil ketua perkumpulannya sendiri!

Para penonton mulai menjadi gelisah. Peristiwa ini manjadi makin menegangkan dan hebat dan mereka dipaksa menjadi saksi pertikaian dalam perkumpulan itu. Mereka tidak berani ikut bicara karena maklum bahwa urusan itu tak berhak mereka mencampurinya. Mereka menjadi bingung dan hanya saling pandang, bahkan para anak buah Tiat-ciang-pang juga bingung, akan tetapi segera mereka terpecah menjadi dua golongan ,ada yang mendukung Ouw Beng Kok, ada yang mendukung Lai Ban.

Melihat serangan Ouw Beng Kok, Lai Ban melirik ke arah Thian- It Tosu sebagai isyarat agar suhengnya itu suka membantu karena dia maklum akan kelihaian si tangan besi ini, namun dia pun cepat menyambut dengan bacokan goloknya sambil melompat ke kiri. Terjadilah pertandingan yang lebih seru dan mati-matian. Akan tetapi, belasan jurus kemudian, ketika golok itu menyabar ke arah leher Ouw Beng Kok, ketua Tiat-ciang-pang ini tidak mengelak, bahkan secepat kilat dia menangkap golok itu dengan tangan kirinya yang palsu. Terdengar suara nyaring dan golok itu dapat dicengkeram, tak dapat terlepas lagi.

***

"Begini sajakah ilmu golokmu?" Ouw Beng Kok berseru kemudian memukul dengan dengan kanannya, menggunakan Tiat-ciang-kang. Terpaksa Lai Ban juga menggerahkan tenaga pada tangan kirinya, menangis.

"Plakkk!" Tubuh Ouw Beng Kok tergetar, akan tetapi dia masih tetap berdiri dan sekali dia mendorong, tubuh Lai Ban terlempar dan wakil ketua ini roboh sambil memegang goloknya, darah segar mengucur keluar dari mulutnya. Ia terluka, sungguhpun tidak hebat karena memang Ouw Beng Kok tidak hendak membunuhnya.

"Nah, Lai Ban. Masahkah hendak kau katakan bahwa Tiat-ciang-kang perlu dicampur dengan segala macam ilmu golok?" Ouw Beng Kok membentak.

"Siancai.... siancai.... ucapanmu sungguh-sungguh terkebur sekali, Ouw-pangcu!" tampak tubuh berkelebat dan Thian It Tosu yang berjubah kuning dan membawa golok di punggungnya telah berdiri di depan ketua Tiat-ciang-pang. Tosu tinggi kurus itu tersenyum mengejek dan berkata, "Ouw-pangcu, mengapa engkau mencela ilmu golok kami? Benar-benarkah engkau tidak memandang mata kepada Kim-to-hoat kami? Kalau begitu, pinto menantang Pangcu menghadapi ilmu golok perguruan kami, hendak pinto lihat sampai dimana sih hebatnya Tiat-ciang-kang yang tersohor!"

Ouw Beng Kok menoleh dan cepat menjura, kemudian berkata, "Maaf, Totiang. Urusan ini adalah urusan dalam perkumpulan kami sendiri dan sama sekali saya tidak memandang rendah ilmu golok Totiang. Saya hanya mencela Lai Ban karena dia adalah wakil ketua perkumpulan kami. Saya tuan rumah dan Totiang seorang tamu terhormat, bagaimana saya berani bersikap tidak hormat ? Harap Totiang sudi duduk kembali ." Setelah berkata demikian, Ouw Beng Kok kembali ke tempat duduknya dan meninggalkan Thian It Tosu karena dia tidak mau memancing keributan dalam pesta itu, sungguhpun hal ini bukan berarti bahwa dia takut terhadap ketua Kim-to Bu-koan itu.

"Ha-ha-ha-ha-ha, Ouw-pangcu benar cerdik! Tentu saja ilmu golok Lai-sute tidak mewakili ilmu golok kami yang sejati karena ilmu golok Sute sudah bercampur dengan segala macam ilmu silat cakar setan! Betapapun juga, apa yang diusulkan Sute tadi amatlah tepat. Mengapa di antara kita harus bertentangan? Alangkah akan baiknya kalau perkumpulan Tiat-ciang-pang dan Kim-to Bu-koan disatukan, kedua ilmu kita dipersatukan pula sehingga menjadi ilmu yang tinggi, sedangkan nama perkumpulan kalau diubah menjadi Kim-to-tiat-ciang-pang (Perkumpulan Golok Emas Tangan Besi) bukanlah lebih gagah dan mentereng? Bukan sekali-kali karena pinto terlalu kepingin mempelajari Tiat-ciang-kang, karena sampai detik ini pun pinto tidak pernah merasai kelihaian Tiat-ciang-kang, seperti juga para tokoh Tiat-ciang-pang belum merasai kelihaian kim-to sebenarnya. Tiat-ciang-kang mengandalkan tangan yang keras melebihi baja, dapat mencengkeram golok dan menghancurkan batu. Wah, tentu hebat sekali apakah di antara tokoh Tiat-ciang-pang ada yang begitu baik hati untuk mencengkeram tangan pinto agar pinto dapat merasai kehebatannya? Hayo, siapa sudi berjabat tangan dengan pinto dan menggunakan Tiat-ciang-kang?" Tosu itu mengulurkan tangan kanannya yang kurus, menantang untuk berjabat tangan!

Karena kini yang mencampuri urusan adalah orang luar, melihat sikap tosu itu yang amat memandang rendah Tiat-ciang-kang, semua anggota Tiat-ciang-pang menjadi penasaran dan marah. Akan tetapi karena makluk betapa lihainya tosu yang sombong ini apalagi ketika mendengar bahwa tosu itu adalah ketua Kim-to Bu-koan, suheng dari Lai Ban, mereka menjadi gentar. Hanya ada dua orang ketua cabang ynag merasa amat marah sudah melompat ke depan tosu itu dan mereka ini sambil menahan kemarahan, menjura dan berkata, "Kami memiliki sedikit tenaga Tiat-ciang-kang, biarpun belum sempurna biarlah kami mewakili Tiat-ciang-pang untuk menjabat tangan dengan Totiang."

Ouw beng Kok mengerutkan keningnya. Ia maklum bahwa kedua orang muridnya itu baru menguasai seperempat bagian saja dari Tiat-ciang-kang, akan tetapi karena ingin pula dia mengetahui sampai di mana kekuatan tosu itu dan apa kehendaknya, maka dia tidak melarang karena melarang pun hanya berarti jerih. Sebaliknya, Thian It Tosu memandang rendah, lalu mengulurkan kedua tangannya yang kurus dan berkata,

"Baik sekali ji-wi Sicu suka memberi pelajaran agar membuka mata pinto. Inilah kedua tanganku, kalau sampai hancur oleh remasan Tiat-ciang-kang ji-wi, pinto takkan menyesal." Dua orang ketua cabang itu lalu menyambut uluran tangan si tosu, yang kanan disambut dengan tangan kanan sedangkan yang kiri disambut pula dengan tangan kiri. Setelah mereka saling menggenggam tangan, dua orang ketua cabang itu mengerahkan tenaga Tia-ciang-kang mereka, mencengkeram dan meremas tangan yang kecil dan kelihatan lemah itu.

"Krek! Krek!" Tosu itu tertawa dan melepaskan tangannya sedangkan dua orang ketua cabang Tiat-ciang-pang itu meringis kesakitan, memegangi tangan mereka yang patah tulangnya!

"Siancai.... kiranya tangan ji-wi tidak seperti besi, melainkan seperti kerupuk!"

Mendengar ejekan ini, Ouw Kian tak dapat menahan kemarahannya lagi dan dia melamgkah maju ke depan tosu itu sambil membentak, "Tosu sombong, biarlah aku mencoba tanganmu dengan tiat-ciang-kang!" Ia lalu mengulur tangan kanannya yang tampak kuat. Tanpa ragu-ragu tosu itu menerima uluran tangan Ouw Kian dan mereka saling cengkeram.

Berbeda dengan adu tangan tadi, kini mereka saling mengerahkan tenaga dan kedua tangan mereka sampai menggigil.

Diam-diam tosu itu kaget dan kagum karena memang Tiat-ciang-kang orang muda itu hebat. Akan tetapi karena tingkat kepandaiannya lebih tinggi dan sinkangnya lebih kuat, maka perlahan-lahan Ouw-Kian merasa betapa tangannya dihimpit dan dicengkeram hebat. Ia mengerahkan tenaga, mempertahankan diri, namun sampai peluhnya memenuhi dahi, dia tidak mampu mendesak bahkan makin dihimpit sehingga tangannya terasa sakit sekali.

"Krekkk...!" Tulang tangan Ouw Kian ada yang patah, mukanya menjadi pucat saking nyerinya, akan tetapi tosu itu sambil tertawa-tawa tidak mau melepaskan cengkeramannya karena dia hendak mencengkeram hancur tangan Ouw Kian yang menjadi saingan sutenya ini. Hebat penderitaan Ouw Kian. Ia masih mengerahkan tenaga, namun rasa sakit membuat dia kurang kuat dan kembali terdengar suara "krek"! ketika tulang jari ke dua patah! Masih juga tosu itu belu mau melepaskan tangannya!

Melihat ini, semua orang menjadi pucat, dan Ouw Beng Kok cepat bangkit berdiri dan membentak, "Tosu jahanam, akulah lawanmu!" Ia menerjang maju.

Thian It Tosu tertawa, melepaskan tangannya dan mengirim tendangan kepada Ouw Kian yang sudah lemas itu sehingga tubuh Ouw Kian terlempar. Dengan ringan sekali tosu itu mengelak, mancabut goloknya dan balas menyerang dengan kelebatan goloknya dari samping dapat dielakkan pula oleh Ouw Beng Kok.

"Ha-ha-ha, kiranya pimpinan Tiat-ciang-pang hanya tukang mengeroyok belaka." Tosu itu mengejek. "Marilah Ouw-pangcu. Mari kita uji mana yang lebih lihai antara Tiat-ciang-kang ilmumu itu dengan ilmu pinto Kim-to-hoat!" Ia menggerak-gerakkan goloknya di depam dada dan tampak sinar berkeredepan. Ternyata ilmu golok tosu ini jauh melampaui ilmu golok Lai Ban. Hal ini dapat dilihat pula oleh Ouw Beng Kok yang diam-diam maklum bahwa sekali ini, untuk menjaga nama baiknya, dia harus bertempur mati-matian mengadu nyawa dengan tosu ini.

Ia sudah siap untuk mati kalau perlu, maka dia lalu memasang kuda-kuda dan membentak, "Tosu jahanam, aku mengerti maksudmu! Karena Kim-to Bu-koan bangkrut, engkau hendak membonceng sutemu Lai Ban dan menguasai perkumpulan perkumpulan kami! Engkau hanya akan dapat berhasil setelah melampaui mayatku, Thian It Tosu!"

"Ha-ha-ha, pinto memang akan melampaui mayatmu, bukan untuk menguasai perkumpulanmu, melainkan untuk membantu Sute agar perkumpulan kita menjadi besar, dipimpin secara benar, tidak seperti engkau yang hanya pandai menyombongkan Tiat-ciang-kun-hoat yang kosong melompong!"

"Tunggu dulu.....!" Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring dan semua orang memandang seorang pemuda muka hitam yang datang berlari dari ruangan tamu rendahan, kemudian menghampiri tengah ruangan di mana dua orang tua itu sudah siap akan bertanding. Tak seorang pun mengenal pemuda ini yang bukan lain adalah Keng Hong.

"Ouw-pangcu, harap jangan merendahkan diri melawan tosu tengik ini!" Keng Hong sengaja menghina tosu ini dengan makian keras. Semua orang terkejut dan Ouw Beng Kok juga memperhatikan. Akan tetapi karena dia tidak mengenal pemuda muka hitam itu adalah sederhana biasa saja yang mungkin hanya seorang di antara anggauta-anggauta rendahan Tiat-ciang-pang, dia lalu membentak,

"Engkau siapa? Mau apa mengganggu?"

Keng Hong maklum akan sifat kegagahan ketua Tiat-ciang-oang ini. Kalau dia mengaku dan memperkenalkan diri, tentu ketua itu tidak sudi dibantu orang yang dianggapnya musuh. Bahkan kalau dia mengaku orang luar sekalipun sudah tentu ketua itupun tidak mau merendahkan diri minta bantuan tenaga luar. Maka dia lalu menggunakan akal dan berkata,

"Ah, apakah Pangcu lupa kepada saya? Saya adalah seorang anggauta dari luar kota. Akan tetapi .... siang malam saya melatih diri dengan Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat dan tenaga Tiat-ciang-kang, saya melatih diri dengan tekun dan mendapat kenyataan bahwa kedua ilmu itu adalah ilmu-ilmu yang sukar dicari bandingnya di dunia ini. Sekarang ada tosu bau ini yang mengejek dan menghina ilmu kita, mana bisa teecu (murid) mendiamkan saja? Kalau masih ada muridnya, perlukah gurunya turun tangan? Apalagi hanya menghadapi seorang tosu yang begini tengik dan sombong, cukup teecu yang menanggulangi dan teecu yang mohon Pangcu tidak merendahkan diri melayaninya. Kalau teecu gagal, barulah tokoh-tokoh Tiat-ciang-pang lainnya yang maju!"

Ouw Beng Kok tertegun. Bukan main pemuda ini, begitu besar semangatnya. Ia kagum akan kesetiaan pemuda ini, akan tetapi dia mengingat-ingat belu juga mengenal siapakah pemuda ini dan kapan pemuda sederhana ini. Ia ragu-ragu. Tidak baik menyuruh seorang murid rendahan Tiat-ciang-pang maju dan sekali gebrak saja tewas. Selain tidak perlu mengorbankan nyawa murid yang masih rendah kepandaiannya, juga hal itu akan menjadikan buah tertawaan saja.

"Hemmm, Totiang ini lihai, mengapa kau begini sembrono?"

"Pangcu, tosu ini hanya lihai lagak dan suaranya saja. Orang macam ini adalah makanan teecu. Percayalah, teecu akan sanggup merobohkannya!"

Mendengar ucapan dan melihat lagak Keng Hong, terdengar suara ketawa di sana-sini. Mereka yang tertawa ini sebagian adalah anggauta-anggauta Tiat-ciang-pang, ada pula para tamu yang menganggap pemuda ini terlalu sebrono dan sombong. Kalau Ouw Kian yang menjadi putera Ouw-pangcu sendiri tidak mapu mengalahkan tosu lihai ini, apa lagi seorang bu-beng-siauw-cut (kerucuk) seperti pemuda muka buruk hitam itu!

Ouw-pangcu juga berpikir demikian dan karena tidak mau menjadi buah tertawaan, dia membentak, "Bocah lancang! Kalau kau sudah pandai Tiat-ciang-kun-hoat coba perlihatkan kepadaku!"

Sejak tadi Keng Hong menonton pertandingan adu silat yang menggunakan Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat. Dia memiliki iangatan yang selain tajam juga kuat, sekali melihat dia sudah dapat menangkap beberapa jurus terpenting. Maka dia lalu meloncat ke depan, kedua kaki ditekuk rendah, tubuh tegak dan kedua tangan di miring di depan pusar.

"Coba silakan Pangcu periksa, tidakkah sudah baik sekali gerakan teecu?" Ia lalu bersilat dengan jurus-jurus Tiat-ciang-kun-hoat yang tadi dilihatnya. Gerakannya cukup gesit, akan tetapi hal ini menimbulkan rasa geli di hati Thian It Tosu sehingga dia tertawa bergelak.

"Eh, kenapa kau tertawa? Awas, sekali kena disodok tanganku yang mempunyai tenaga sakti Tiat-ciang-kang, perutmu akan ulas dan usus buntumu kumat sehingga engkau takkan dapat tertawa, menangis pun tidak bisa!" Keng Hong membentak, tentu saja ucapannya ini memancing suara ketawa terpingkal-pingkal lagi dari para penonton.

Ouw-pangcu mendongkol sekali. Celaka, pikirnya dalam terancam bahaya kehancuran namanya, masih muncul seorang badut gila! "Orang muda, pergilah dan jual kegilaanmu kepada orang lain!" Ia membentak.

"Pangcu, harap suka mundur sebentar. Saya adalah murid Tiat-ciang-pang, dan kini mendengar orang menghina perkumpulan, saya berhak untuk membela naa perkumpulan saya dengan taruhan nyawa. Pula, apa ruginya andaikata saya kalah atau mati? Paling-paling saya mati, akan tetapi Pangcu dapat memperhatikan gerakan-gerakan tosu bau ini. Apakah Pangcu takut saya mati? Saya sendiri tidak takut!"

Ouw-pangcu menarik napas panjang. Tentu saja kini tak dapat berkeras dan sambil mendengus marah dia lalu meloncat ke pinggir untuk memberi kesempatan kepada orang gila ini membunuh diri di tangan tosu yang lihai itu. Keng Hong menjura ke arah Ouw-pangcu, kemudian tubuhnya membalik dan dia sudah memasang kuda-kuda lagi, kuda-kuda dari Ilmu Tiat-ciang-kun-hoat yang kaku!

Sikapnya mengancam, seperti seekor anak kucing mengancam harimau sehingga tosu itu kembali tertawa, diikuti suara ketawa para penonton.

"Eh, tosu bau. Ketahuilah bahwa Tiat-ciang-kun-hoat adalah Ilmu yang amat hebat, jauh lebih lihai daripada golokmu penyembelih babi itu! Macam engkau ini mau menatang Ouw-pangcu? Phuihhh, semut pun bisa mati kegelian mendengarnya."

Dimaki-maki dan diolok sedikian rupa oleh seorang "kerucuk", hati tosu itu menjadi panas sekali dan dia memaki marah, "Bangsat yang sudah bosan hidup! Apakah hidupmu hanya untuk mati konyol? Tidak tahukah engkau bahwa sekali babat dengan golokku aku dapat membuat tubuhmu putus menjadi delapan potong?"

Keng Hong menyeringai, sengaja memperlihatkan muka mengejek. "Wah-wah, aku tidak percaya akan menemui orang yang lebih tekebur daripada tosu bau yang tak pernah mandi ini! Apa kaukira aku seekor babi yang biasa kau sembelih diam-diam, babi tetangga lagi, kemudian kau ganyang mentah-mentah sambil menutupi muka dengan jubah pendetamu?"

Thian It Tosu sebetulnya enggan bertanding melawan bocah sinting itu, akan tetapi ucapan-ucapan Keng Hong seperti kilikan pada seekor jangkerik, membuat telinganya merah dan kemarahannya memuncak. "Bedebah! Jahanam bermulut busuk! Pinto akan membunuhmu dengan tubuh hancur!"

"Eiiittt, eiiittt....!" Keng Hong melangkah mundur dengan gaya dibuat-buat, bukan seperti orang bersilat, melainkan dengan pinggul megal-megol seperti badut menari, kemudian dia berdiri tegak, mengacungkan telunjuknya dan bernyanyi!

"Seorang pendekar tidak memperlihatkan kegagahannya! Seorang ahli perang tidak dikuasai kemarahan! Seorang yang pandai menundukkan musuh tidak bertengkar! Seorang yang pandai memimpin tidak menekan! Tapi engkau ini monyet berpakaian manusia, Jubah dan doa menjadi kedok belaka! Phuuuuiiih, sungguh menyebalkan!"

Karena Keng Hong bernyanyi sambil berlagak seperi seorang pemain wayang beraksi di panggung, banyak para tamu yang hadir tertawa terpingkal-pingkal, bukan hanya karena merasa lucu, melainkan juga terheran-heran betapa bocah itu begitu berani mempermainkan si tosu yang lihai dan yang mendatangkan rasa tidak suka di hati para tamu di samping rasa jerih.

Akan tetapi Thian It Tosu yang tadinya marah itu kini melongo. Sejenak dia tercengang ketika mengenal empat bait pertama dari nyanyian To-tik-keng, kitab suci para tosu! Ia disindir dengan ayat-ayatt kitab sucinya sendiri. Keheranannya berubah menjadi kemarahan memuncak ketika dia menerjang ke depan dengan pukulan maut ke arah kepala Keng Hong yang cepat mengelak, menggunakan gerakan jurus Tiat-ciang-kun-hoat seperti yang telah dilihatnya tadi.

"Eiiittt, jangan terburu nafsu, Totiang. Bukankah kau hendak mengalahkan Tiat-ciang-kang dengan ilmu golok penyembelih babi itu? Hayo cabutlah golokmu dan hadapi Ilmu Tiat-ciang-kun-hoat kami yang mujijat!"

"Bocah gila kurang ajar! Tanpa golok pun aku sanggup sekali pukul membikin mampus engkau!"

Tiba-tiba Keng Hong menghentikan kuda-kudanya dan berdiri seenaknya, seolah-olah dia tidak jadi bersilat. Ia memandang ke arah penonton dan mengomel. "Coba, betapa liciknya tosu ini. Tadi dia bilang bahwa ilmu goloknya lebih hebat daripada Tiat-ciang-kang, kini kutantang dia, dia tidak berani mencabut golokmu. Jangan licik. Kalau kau menghadapi aku tanpa golok, andaikata aku menang sekalipun apa gunanya? Engkau pandai sekali menjaga agar jangan sampai ilmu golokmu kalah oleh Tiat-ciang-kang! Wah, benar-benar licin seperti belut kepala dua engkau!"

Dapat dibayangkan betapa marahnya Thian It Tosu. Seperti meledak rasa perutnya oleh marah dan tak kuasa pula dia menahan hawa yang keluar dari perut melalui lubang di belakangnya. Nyaring keras bunyinya seperti seekor katak tergencet. Keng Hong sendiri sampai terbelalak heran, lupa untuk melucu ketika mendengar ini. Benar-benarkah tosu itu membuang kentut? Terlalu amat sangat, ah!

Meledaklah suara ketawa semua orang, bahkan Ouw-pangcu sendiri terpaksa menggunakan telapak tangan menutupi mulutnya yang tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Benar-benar orang yang tak tahu malu, pikirnya. Padahal tosu itu tidak sengaja membuang gas beracun, hanya saking jengkelnya saja. Karena kini menjadi buah tertawaan orang, dia mencabut goloknya dan tanpa mengeluarkan suara lagi dia menerjang maju. Agaknya dia ingin mencacah-cacah tubuh Keng Hong seperti orang mencacah daging untuk bakso, demikian cepat dan bertubi-tubi goloknya menyambar.

"Haiiiiitttt! Wah, goloknya sih tidak seberapa akan tetapi baunya ini yang membuat orang tidak tahan!" Keng Hong mengejek sehingga menimbulkan tertawa di samping keheranan mereka yang menyaksikan betapa Keng Hong yang menggunakan gerakan Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat itu selalu dapat mengelak dari sambaran golok lawan!

Mula-mula Ouw Beng Kok duduk melongo dan kedua tangannya mencengkeram lengan kursinya saking tegang hatinya. Kemudian dia terheran-heran menyaksikan betapa gerakan pemuda aneh itu bersilat Tiat-ciang-kun-hoat yang amat kaku akan tetapi anehnya, tak pernah ujung golok tosu itu menyentuh tubuhnya! Kelihatannya kadang-kadang golok itu tak salah lagi akan mengenai tubuh, akan tetapi secara luar biasa sekali golok itu selalu menyeleweng seolah-olah si tosu tidak tega dan sengaja menyelewengkan goloknya sehingga luput!


lanjut ke Jilid 041-->

<--kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar