Jumat, 07 Februari 2014

Serial Pedang Kayu Harum 26

Pedang Kayu Harum Jilid 026

<--kembali

"Inilah dia manusianya yang membunuh mereka semua! Inilah Song-bun Siu-li puteri lam-hai Sin-ni yang berkepandaian tinggi dan berwajah jelita namun berhati iblis! Dialah yang telah membunuh Sim Ciang Bi dengan darah dingin, meracuni murid-murid Tiat-ciang-pang dengan senjata rahasianya! Dia melakukan semua itu karena cemburu, karena iri hati, karena... Karena hatinya yang ganas liar dan kejam!" Semua orang tercegang memandang kepada Biauw Eng yang menudukkan mukanya yang menjadi pucat sekali. Suasana menjadi sunyi senyap dan Kiang Tojin eandang wajah yang menunduk itu penuh perhatian. Ia percaya akan keterangan Keng Hong berdasarkan pengetahuannya bahwa keng Hong tidak memiliki watak atau dasar watak jahat dan kejam. Sebaliknya, biarpun dia belum mengenal kepribadian Song-bun Siu-li, akan tetapi mengingat bahwa gadis ini puteri Lam-hai Sin-ni yang terkenal sebagai tokoh nomor satu dari Bu-tek Su-kwi (Empat Iblis Tanpa Tandingan), tidak akan mengherankan kalu gadis yang kelihatan cantik jelita dan dingan seperti salju ini memiliki watak iblis seperti ibunya. "Cia Keng Hong, engkau yang dijatuhi tuduhan, mengapa engaku menimpakannya kepada orang-lain?" Kiang Tojin pura-pura mencela, padahal kehendak hatinya ialah memancing agar tuduhan Keng Hong itu dapat diperkuat.

"Maaf, totiang. Saya sama sekali tidak menuduh sebarangan, bukan menuduh karena saya takut menghadapi hukuman. Biar dihukum mati sekalipun, kalau memang saya bersalah, saya tidak akan gentar dan siap mempertanggungjawabkan perbuatan saya. Akan tetapi sesungguhnya bukan saya melainkan perempuan iblis inilah yang melakukan pembunuhan-pembunuhan keji, curang dan pengecut itu. Kalau Totiang tidak percaya, harap bertanya kepadanya dan ingin sekali saya mendengar apa yang akan dijawabnya." Memang Keng hong ingin sekali mendengar jawaban Biauw Eng. Ketika gadis ini tadi membelanya pada waktu dia dikeroyok orang-orang sakti dan dia melancarkan tuduhannya, gadis ini menyangkal. Sekarang, di dalam sidang pengadilan di depan-depan orang-orang sakti, bagaimana gadis ini akan dapat menyangkal pula? Bukti-buktinya sudah cukup lengkap, yaitu senjata-senjata rahasianya, dan saksi-saksinya juga sudah banyak, terutama sekali dia yang menjadi saksi utama karena beberapa kali dia melihat gadis baju putih ini berkelebat pergi setiap ada pembunuhan-pembunuhan itu, dan masih teringat olehnya, bahkan masih terasa belaian-belaian kasih sayang penuh nafsu dari gadis baju putih yang kelihatannya dingin dan alim ini!

"Nona, jawablah apakah semua yang dikatakan Cia Keng Hong itu benar? Apakah benar Nona yang membunuh murid-murid Hoa-san-pai, Kong-thong-pai dan Tiat-ciang-pang?"

Biauw Eng memandang kepada Keng Hong dengan muka pucat, sinar matanya berduka sekali, bibirnya bergerak-gerak dan gemetar seperti wanita kalau hendak menangis. Akan tetapi gadis yang keras hati ini cepat menggigit bibirnya yang bawah sehingga tampak kilatan gigi putih disusul warna merah karena bibir bawahnya pecah tergigit! Agaknya dengan kekerasan hati Biauw Eng hendak mengeluarkan kata-kata yang kemudian ditekan dan ditahannya sendiri dengan gigitan pada bibirnya. Wajahnya tidak pucat lagi, bahkan mulai menjadi kemerahan, sinar matanya menyapu semua orang yang hadir disitu, kemudian memandang Kiang Tojin dan sejenak sinar mata kedua orangitu bertmeu. Dalam detik pertemuan sinar mata itu, keduanya seperti orang bermufakat dan saling bermufakat dan saling maklum bahwa masing-masing merasa suka dan mengandung hati kasih sayang terhadap Keng Hong! Akan tetapi hanya sedetik saja pertemuan getaran perasaan ini dan terdengarlah suara Biauw Eng nyaring dan tetap, sedikit pun tidak gemetar dan ia sudah bangkit berdiri."Yang bersalmh dihukum, yang tidak bersalh dibebaskan. Itu sudah sewajarnya maka saya minta kepada cu-wi sekalian untuk membebaskan Keng Hong ! Dia tidak bersalah karena benar seperti yang dikatakannya, semua pembunuhan itu akulah yang melakukannya ! Dan aku siap menerima hukuman, akan tetapi Keng Hong harus dibebaskan sekarang juga!'

Keng Hong memandang gadis itu dengan sinar mata tajam. Begitu Biauw Eng mengucapkan pengakuannya, sungguh heran sekali, kebenciannya menghilang dan dia kini memandang penuh kekhawatiran! Gadis itu jelas telah mengucapkan keputusan kematian sendiri! Kiang Tojin menghadapi para tokoh tiga buah partai persilatan besar itu dan berkata, "Nah, cu-wi telah mendengar sendiri pengakuan Song-bun Siu-li dan berarti bahwa Keng Hong tidak bersalah dalam urusan ini. Kalau dia membela diri ketika diserang dan dikeroyok sehingga jatuh korban di antara para pengeroyok, amatlah tidak adil kalu dia dipersalahkan .Terserah cu-wi sekalian sekarang, apa yang akan cu-wi lakukan kepada yang bersalah." "Perempuan iblis ini harus dibinasakan!" bentak Tiat-ciang Ouw Beng Kok, menghantam dengan tangan bajanya yang kiri ke arah kepala Biauw Eng. Juga Coa Kiu sudah menggerakkan pedangnya enyusul, sehingga tampak sinar terang dan suara mencuit ketika sinar pedang ini saat berikutnya, Kok Sian Cu menggerakkan pula tongkat bambunya menusuk ke dada gadis itu. Tiga serangan maut dari tiga tokoh kang ouw yang sakti ini datang secara beruntun dala detik-detik yang hampir bersamaan , Sedangkan Biauw Eng hanya menundukkan muka siap menerima datangnya maut. Ia sama sekali tidak menjadi gentar, matanya hanya ditujukan kepada Keng Hong dengan pandang mata sayu penuh kesedihan.

"Tidak! Jangan bunuh dia....!!" Kneg Hong berseru keras dan dia pun menubruk maju menghadang di depan Biauw Eng sambil menggerakkan tangan mendorong ke depan dengan maksud melindungi gadis ini. Karena pukulan Tiat-ciang Ouw Beng Kok datang lebih dahulu , maka pukulan tangan baju inilah yang bertemu dengan tangan Keng Hong sehingga terdengar suara keras dan tubuh Ouw Beng Kok terjengkang ke belakang, juga Keng Hong terbanting ke kiri! "Tak boleh melakukan pembunuhan di sini!" terdengar suara halus dan sinar pedang Coa Kiu yang sudah meluncur dekat dan kini mengancam Keng Hong karena tubuh Keng Hong masih menutupi tubuh Biauw Eng, tiba-tiba terpental ketika tertangkis tongkat di tangan Thian Seng Cinjin. Tongkat bambu di tangan Kok Sian Cu lihai sekali. Biarpun ada tubuh Keng Hong yang menghadang, namun tongkat itu dapat meliuk melalui punggung Keng Hong dan langsung menukik dan menusuk ke arah dada Biauw Eng. "Trakkk!" Tongkat bambu ditangan orangtetua dari Kong-thong Ngo-lojin itu menyeleweng dan menghantam lantai sehingga membuat lantai itu berlubang!

***

"Hi-hi-hik, segala kacoa berani lancang tangan hendak membunuh puteriku?" Tiba-tiba saja Lam-hai Sin-ni sudah berada di situ sehingga mengejutkan semua orang. Pukulan jarak jauh yang sudah berhasil menangkis tongkat bambu di tangan Kok Sin Cu ini benar-benar mengejutkan dan mengagumkan. Lam-hai Sin-ni memandang puterinya dan berkata dengan suara gemetar. "Eng-ji....ah, Eng-ji.., mengapa engkau begini lemah? Mengapa engkau menyia-nyiakan nyawa untuk kau korbankan? Begitu murahkah nyawamu kau korbankan untuk seorang pria berhati palsu macam Keng Hong ini..?" Biauw Eng terisak. "Ibu .. aku cinta kepadanya, Ibu.." Lam-hai Sin-ni membanting kakiknya, "Bodoh! Lemah...! Ah, Sie Cun Hong, setelah engkau menghancurkan hatiku, mengapa kini muridmu yang hendak merusak kebahagiaan puteriku dan puterimu?" "Lam-hai Sin-ni , puterimu telah berhutang nyawa kepada kami, harus di tebus dengan nyawanya pula!" Kok Kim Cu berseru marah melihat munculnya tokoh utama dari Bu-tek Su -kwi ini. "Benar, dia harus dibinasakan!" bentak pula Coa Kiu dan Coa Bu. "Biarpun Lam-hai Sin-ni sendiri, tidak boleh melindungi puterinya yang berhutang nyawa penasaran murid-murid kami!" bentak pula tiat-ciang Ouw Beng Kok.

"Eh, eh, eh begitukah? Anakku hanya membela pemuda tak tahu diri itu, akan tetapi andai kata benar dia yang membunuhi murid-murid kalian yang tak berharga, habis kalian mau apa?" Watak Lam-hai Sin-ni memang amat dingin dan keras, bahakn selalu memandang rendah lain orang, maka kini di depan tokoh- tokoh sakti itu ia sama sekali tidak memandang mata!" Tentu saja tokoh-tokoh itu menjadi marah sekali. Apalagi Ngo-lojin dari Kong-thong-pai yang kini tinggal empat orang itu. Dahulu mereka berlima amat terkenal sehingga tokoh-tokoh iblis seperti Thian -te Sa-lo-o yang menjadi tiga orang datuk hitam dari dunia penjahat dan amat terkenal sebelum akhirnya muncul Bu-Tek Su Kwi, tidak berani memandang rendah, maka dengan seruan-seruan nyaring meraka itu menerjang maju, mempergunakan cengkeraman-cengkeraman Ang-Liong-jiauw-kang mereka yang ampuh, bahkan Kok Sian Cu menyerang dengan tongkat bambunya. Di saat itu pula, melihat kesempatan baik karena banyak kawan untuk menghadapi nenek iblis yang mereka tahu amat lihai ini, Coa Kiu dan Coa Bu kedua Hoa-san Siang -sin-kiam juga maju dengan pedang mereka sedangkan Ouw Beng Kok dan Kim-to lai Ban juga tidak tinggal diam, akan tetapi mereka ini bukan menyerang Lam Hai Sin Ni melainkan Biauw Eng! Terjangan orang-orang sakti ini dilakukan serentak dan cepat, membuat para tosu Kun-lun-pai tidak sempat melerai dan memandang bingung karena mereka sebagai tuan rumah tentu saja merasa tidak senang kalau tempat tinggal mereka dijadikan gelanggang pertempuran.

"Plak-plak-plak.." Yang datang lebih dulu adalah pukulan-pukulan Ang-liong-jiauw-kang, akan tetapi tiga pukulan Kok Seng Cu, Kok Liong Cu dan Kok Kim Cu ini ditangkis lengan Lam-hai Sin-ni dan tangan mereka itu melekat pada lengan nenek ini dan terus di sedotlah hawa sinkang dari tangan mereka yang membanjir tanpa dapat dicegah memasuki lengan Lam-hai Sin-ni yang tertawa terkekeh.

Ketika mereka bertiga terkejut, tiba-tiba Lam-hai Sin-ni menggerakkan ke dua lengannya sehingga tiga orang itu terangkat dan diputar-putar ke atas untuk dipakai menangkis serangan bambu Kok Sian Cu dan sepasang pedang Coa Kiu dan Coa Bu ! Tentu saja dua orang Hoa-san Siang -sin-kiam itu terkejut sekali dan menarik kembali pedang ereka agar tidak melukai para tokoh Kong-thong-pai itu, sedangkan Kok Sian Cu yang lebih cerdik dan lihai, menggerakkan tongkat bambunya menyusun ke samping dan mengiri totokan ke arah pusar Lam-hai Sin-ni secara hebat dan cepat sekali!

Lam-hai Sin-ni tertawa, mundur dua langkah dan melontarkan tubuh ke tiga orang tokoh Kong-thong-pai itu ke arah Kok Sian Cu , Coa Kiu dan Coa Bu sehingga terpaksa tiga orang tokok itu mengelak dan tubuh Kok Seng Cu dan para suhengnya terbanting roboh dalam keadaan lemas karena sebagian dari sinkang mereka telah tersedot oleh Lam-hai Sin-ni dengan ilmu mujijat Thi-khi-I-beng!

Sementara itu, Biauw Eng yang masih berdiri seperti orang kehilangan semangat, diam saja ketika diserang oleh dua orang tokoh Tiat-ciang-pang. Melihat ini, kembali Keng Hong yang meloncat maju dan menyambut serangan itu. Sekali ini karena kedua orang tokoh Tiat-ciang-pang itu marah sekali, serangan mereka pun hebat, bahkan Kim-to Lai Ban telah menggunakan goloknya. Keng Hong masih bingung tadi oleh pengakuan Biauw Eng yang tadinya menyangkal kemudian berbalik mengaku, menjadi makin bingung oleh ucapan Lam-hai Sin-ni. Melihat gadis yang amat aneh, yang dapat mendatangkan rasa cinta dan benci bergantian dihatinya itu kini terancam bahaya, mati-matian dia menubruk maju, menggunakan kedua lengannya untuk menangkis pukulan tangan baja dan golok.

"Desssss..!" Tubuh Keng Hong terbanting lagi ke atas lantai. Dalam pertandingan di lerang Kun-lun-san ketika dia dikeroyok, dia telah mengalami pukulan-pukulan yang mengakibatkan luka di dalam tubuh, kini dia menangkis pukulan. Tiat-ciang Ouw Beng Kok sampai dua kali. Dadanya terasa sakit-sakit dan dia muntahkan darah segar, sedangkan lengannya yang menangkis golok Lai ban terluka parah di pangkal sikunya, kulit dagingnya robek dan mengucurkan banyak darah. Namun, dalam usahanya menyelamatkan Biauw Eng, Keng Hong tidak merasakan luka-lukanya, bahkan begitu tubuhnya terbanting, dia terus berguling ke lantai mendekati Biauw Eng, tiba-tiba menangkap pinggang gadis itu dan melontarkannya sekuat tenaga ke arah Lam-hai Sin-ni sambil berkata.

"Locianpwe, harap bawa pergi puterimu dari sini...!" Lam-hai Sin-ni baru saja memukul mundur para pengeroyoknya dengan melontarkan tubuh ketiga orang tokoh Kong-thong-pai, kini melihat tubuh puterinya melayang ke arahnya, cepat dia menangkap dan mengempitnya. Ia ingin sekali mengamuk dan membunuhi semua orang yang hendak mengganggu puterinya, akan tetapi pada saat itu terdengar suara halus.

"Apakah orang tidak memandang mata lagi kepada Kun-lun-pai sehingga tidak memperdulikan pinto semua dan mengacau sekehendak hatinya?" Yang bicara ini adalah Thian Seng Cinjin ketua Kun-lun-pai yang tadi ketika enangkis sinar pedang Coa Kiu dilakukan sambil duduk dan semenjak itu menonton dan mendengarkan semua yang terjadi dengan alis berkerut. Mendengar suara ini, Lam-hai Sin-ni tertawa dan berkata, "Maafkan kelancanganku, Cinjin!" Tubuhnya lalu berkelebat, membawa pergi puterinya dari tempat itu tanpa ada yang berani mengganggu, pertama kareana memang jerih menghadapi nenek itu sendirian saja ,kedua karena mereka pun terpengaruh suara Thian Seng Cinjin sehingga merasa sungkan untuk memperlihatkan kekerasan di depan kakek ini yanng selain menjadi tuan rumah, juga terkenal sebagai ketua Kun-lun- pai yang amat lihai, belum lagi diingat akan banyaknya tosu-tosu lihai di Kun-lun-pai ini.

lanjut ke jilid 027

<--kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar