Setelah Pemakaman (After The Funeral, 1953)
Kalau anda mengenal Rembrant sang
maestro lukis, anda juga akan mengenal Vermeer, walau tak setenar orang
yang disebut pertama. Di bursa lelang, nilai lukisan Vermeer bisa
dihargai ribuan pound. Salah satu lukisan Vermeer yang berjudul '
Pelabuhan Polflexan ' dimiliki keluarga Abhernethie, keluarga aristokrat
Inggris yang tinggal di Enderby Hall, sebuah rumah besar dari jaman
Victoria yang dibangun dengan gaya gotik.
Lukisan kemudian berpindah tangan ke tangan si bungsu keluarga
Abhernethie, Cora, yang setelah menikah bernama Cora Lansquenet. Dalam
kesehariannya Nyonya Cora ditemani pembantunya yang santun bernama Nona
Gilchrist. Salah satu sifat Cora yang menjengkelkan orang orang adalah
sering mengatakan sesuatu - yang walaupun benar - pada saat yang kurang
tepat. Dan kebiasaan ini membuatnya terbunuh......
Ceritanya begini. Kakak tertua dari keluarga Abhernethie, Richard, baru
saja meninggal. Cora sebagai adik turut mengantar sampai pemakaman
(funeral). Di sana lah Cora menunjukan sifat khasnya. Dia nyeletuk: "
Richard dibunuh, kan?". Keesokan harinya Cora ditemukan tewas dikapak.
Tidak sampai disitu, pembantunya, Nona Gilchrist, diracun arsenik walau
akhirnya selamat.
Apa hubungan lukisan Vermeer, kematian
Richard, kematian Cora, dan percobaan pembunuhan terhadap Nona
Gilchrist? Poirot memahami kasusnya dengan fakta bahwa sebagai pewaris
aristokrat, Cora bukanlah wanita berwawasan. Ia tidak menyadari nilai
sesungguhnya dari lukisan Vermeer. Nona Gilchrist walaupun statusnya
seorang pembantu, adalah anak dari seorang kritisi seni. Faham betul
nilai sebuah lukisan. Dan sebuah rencana pun disusun.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar