Rabu, 29 Januari 2014

Rahasia Chimneys (The Secret of Chimneys, 1925)

Rahasia Chimneys (The Secret of Chimneys, 1925)


Kalau saja tidak melihat tahun pembuatan novel ini, 1925, mungkin kita akan sedikit pusing dengan alur cerita dengan nama orang dan nama tempat yang aneh aneh.
Chimneys sendiri adalah gedung megah kediaman Lord Caterham. Seorang bangsawan Inggris terpandang pada masanya. Namun hari itu chimneys digemparkan dengan terbunuhnya tamu asing yang kemudian diketahui bernama Pangeran Michael dari Herzoslovakia. Agak mengherankan karena sang pangeran sebenarnya dikawal dengan ketat, terutama sang ajudan bernama Boris. Lalu bagaimana menjelaskan kematian sang pengeran ?

Sebelum perang dunia pertama meletus, di wilayah Balkan terdapat kerajaan yang bernama Herzoslovakia, dengan ibukota Ekasrest. Raja yang memerintah saat itu adalah Raja Nicholas IV. Sebagaimana raja raja pada saat itu, kehidupannya disokong oleh perbendaharaan negara yang banyak menyimpan permata. Pada saat bersamaan di Perancis, muncul juga seorang 'Raja' yang spesialisasinya adalah penjarahan/ pencurian permata. Karena Raja Nicholas masih lajang, maka Raja Victor menciptakan strategi menyusupkan anak buahnya yang jelita, Angele Mory untuk membobol permata kerajaan. Tapi apa lacur, sang raja justru jatuh cinta pada Angele. Mereka menikah, dan sang ratu di beri gelar Countess Varaga Popoleffsky. Setelah kunjungan kenegaraan ke Perancis, Nicholas menemui sahabatnya Lord Caterham. Sementara di negaranya berlangsung revolusi....


Kembali ke tahun 1925, Pengeran yang terbunuh tadi merupakan salah satu putra mahkota Herzoslovakia. Tapi mengapa dibunuh? Sementara makin banyak saja orang berdatangan: Lemoine dari kepolisian perancis, Anthony Cade sang politisi, Nona Brun, Detektif Fish dari Amerika, dan Inspektur Battle dari kepolisian Inggris. Masing masing ternyata terkait dengan revolusi di Herzoslovakia, dan permata yang disembunyikan di Chimneys...



Behind The Story

Sering kali kita merasa 'baur' kalau memahami seorang Agatha. Kita beranggapan Agatha adalah penulis yang hidup sekitar tahun 60an dan karya karyanya adalah produk sekitar tahun itu juga. Padahal Agatha adalah orang yang hidup melintasi tiga jaman. Jaman perang dunia pertama, perang dunia kedua, dan era the Beatles. Karya karyanya tersebar di antara ketiga jaman itu.

Salah satu ekses dari kebingungan kita memahami masa masa yang dilewati Agatha adalah keheranan akan alur cerita seperti novel 'Rahasia Chimneys' di atas. Apa yang kita pahami sebagai peta Eropa sekarang sangat jauh berbeda dengan peta sebelum perang dunia pertama. Nah, peta negara negara Eropa yang dipergunakan Agatha dalam novel di atas adalah peta sebelum perang dunia pertama. Belum lagi kita akan dipusingkan dengan kebiasaan Agatha untuk membuat negara/kota fiksi diatas tempat tempat nyata itu. semakin pusing lah kita.

But anyway, saya pikir inilah kelebihan lain dari Agatha Christie. Dia bisa menjadi arsip 'versi lain' dari sejarah peperangan Eropa. Dan anehnya, walaupun ia orang Inggris tulen, namun novelnya disukai hampir di seluruh Eropa yang berperang, baik pihak yang kalah atau menang. Mungkin inilah karya seni, dia melintasi batas negara dan ideologi. Tapi selain karena karya seni bermutu, apalagi yang menyebabkan novel Agatha begitu diterima di berbagai bangsa. Jawaban ekstrim saya temukan di situs ini:
http://www.dailymail.co.uk/news/article-1208212/Unseen-60-years-Mail-proudly-present-Agatha-Christies-lost-masterpiece-The-Capture-Cerberus.html#ixzz2OyrCkVQw 

Why is this such a genuinely exciting find? Partly because the story is so unusual for her. It is one of her rare excursions into making direct political comment, which is why it was never published. The Capture Of Cerberus (she wrote a completely different short story with the same title in 1947) revolves around a dictator called August Hertzlein, who is clearly Adolf Hitler. In the course of the plot, Christie expresses the naive hope that Hitler could have been converted to Christianity and begun preaching love and peace.

Anda bisa bayangkan begitu lembutnya hati seorang Agatha, sehingga dalam novelnya yang baru 'ditemukan' The Capture of Cerberus (belum ada versi Bahasa Indonesianya) dia bisa merubah seorang Hitler menjadi penganut kristiani yang berdo'a untuk cinta dan perdamaian (saya menitikkan air mata untuk ini).


Bagaimana pandangan sang nenek terhadapa 'cucu cucunya' yang bengal model the beatles. Lagi lagi beruntung saya menemukan wawancara yang menyentuh dari: 
http://www25.brinkster.com/agathachristie/interview_with_agatha_christie.asp

25: "What kind of music do you like the most?"
AC: "Operas. Wagner the most. Don't you like them? (she smile) Yes, in any case they are very long..."
25: "Beatles?"
AC: "Oh, I think that they are really talented but.... er, you mustn't forget that I have got well on years (she smiled happily) but they are young, aren't they? nevertheless I enjoy in them."

Ha ha ha ha. Agatha bisa menerima musik The Beatles, dan dia menyukainya. Tadinya saya berpikir dia -seperti orang tua pada umumnya-  akan membenci rombongan anak remaja berambut gondrong ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar