Rabu, 29 Januari 2014

Pesta Hallowe'en (Hallowe'en Party, 1969)

Pesta Hallowe'en (Hallowe'en Party, 1969)


Setelah hampir 6 dekade menulis buku detektif, alur cerita Agatha makin licin saja untuk ditebak. Dalam novel ini beberapa gaya Agatha agak di luar kebiasaan. Pertama, banyak melibatkan tokoh anak belasan tahun. Melihat kebiasaan sebelumnya, tokoh tokoh dalam novelnya didominasi orang orang dewasa, perawan tua, dokter, pelayan, dan tentu saja polisi. kedua, pembunuhan terjadi pada anak anak belasan tahun. Ketiga, dalam novel novel sebelumnya jarang ditemui, adegan intim seperti ini :

....Pasangan itu tidak peduli. Mereka mendesah dan terus berpelukan....Yang laki laki lima belas tahun mungkin, sedangkan yang perempuan dua belas tahun lebih sedikit, walaupun perkembangan dadanya jelas sudah matang...Bibir mereka bertautan kencang..... (hal 21-22 ).
Terakhir, Agatha menggunakan analogi Narcissus, Lucifer, Iphigenia, Agamemmon, Troy,...taman firdaus. Teknik ini jarang dipergunakan dalam melukiskan karakter tokoh dan lokasi novel. Mungkin Sang Maestro sudah bosan dengan penggambaran realis, sehingga mencoba untuk lebih abstrak.

Cerita dimulai dengan pesta hallowe'en yang juga dihadiri sobat Hercule Poirot, pengarang cerita detektif bernama Adriane Oliver. Dan terjadilah pembunuhan itu, Joyce Reynolds ditemukan terbunuh. Seseorang menyurukan kepalanya ke dalam ember berisi air dan apel. Beberapa saat sebelum ditemukan tewas, Joyce membual telah melihat pembunuhan. Nampaknya seseorang merasa terusik. Penelusuran Poirot menemukan bahwa pembunuhan Joyce bertali temali dengan pembunuhan pembunuhan tak terpecahkan beberapa tahun sebelumnya.

Behind The Story

Dibanding novel lainnya, buku ini termasuk novel dengan kerumitan sederhana. Beberapa kemungkinan yang menjadikannya demikian adalah:
  1. Agatha menjelang tahun 70an telah memasuki usia uzur. Untuk wanita berusia 80 tahun, sungguh luar biasa beliau masih punya imajinasi dan daya ingat untuk menulis novel detektif yang rumit rumit (hebat!).
  2. Dan... tentu saja Agatha telah kaya raya dari hasil penulisann novel novel sebelumnya (pendapatannya dari berbagai sumber mencapai 100.000 pound/ 1,8 miliar Rupiah! pertahunnya). Dia bilang:  "I only write one book a year now, which is sufficient to give me a good income ".
  3. Aktivitas bepergian mulai dikurangi, termasuk kunjungan favoritnya ke Timur Tengah dan Amerika. Well... sumber cerita juga mulai kurang variatif.
Pada saat meninggal pada tahun 1976, Agatha telah menghasilkan 83 judul buku yang terjual sekitar 300 juta kopi. Hmmm, untuk nenek sesakti ini, karya manapun kita harus mengucapkan: saluuuttt!!!

I like living. I have sometimes been wildly, despairingly, acutely miserable, racked with sorrow, but through it all I still know quite certainly that just to be alive is a grand thing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar