Pembunuhan di Orient Espress (Murder in Orient Express, 1933)
Tak habis habis kekaguman kita terhadap Agatha Christie. Ada saja
kejutan yang dihadirkan dari satu novel ke novel lainnya. Kemampuan
mengecoh pembaca novelnya tiada tandingan. Jika anda masih merasa ragu,
coba baca novel terbitan tahun 1933 ini: Murder in Orient Express
(Pembunuhan di Orient Express).
Seting cerita juga tak kalah asyik. Dimulai dari keberangkatan di Siria
(Suriah), melewati selat Bosporus, berkereta dari Istanbul Turki, sampai
kejadian pembunuhan di Yugoslavia (dulu sebelum pecah). Setidaknya ini
selingan memikat dari novel novel lainnya yang berlatar Inggris. Kali
ini detektif kita bepergian sendiri. Pada
saat kereta melintasi Yugoslavia, kereta terhenti karena terhadang
salju. Pada saat itulah ribut ribut terjadi. Seorang berkewarganegaraan
Amerika tewas, terbunuh...
Setidaknya dapat disimpulkan bahwa
pembunuhnya adalah salah seorang penumpang kereta. Oi, anda salah. Dari
luar kereta? tidak mungkin karena kereta ditengah padang salju.
Penumpang gelap..... nah ini mungkin. Dan beberapa kesaksian
mengindikasikan penumpang gelap menjadi pembunuh. Tapi Poirot
menyangkal: tidak mungkin.
Sejak dari awal detektif kita ini menangkap gejala gejala keanehan pada
gerbong yang mereka tumpangi. Pertama adalah saat itu bukan musim
bepergian. Kereta biasanya sepi penumpang. Namun pada waktu kejadian
gerbong penuh terisi hingga nyaris Poirot sendiri tak kebagian kamar.
Kedua, penumpang gerbong dipenuhi orang dari berbagai bangsa. Mary
Debenham orang Inggris, Antonio Foscarelli orang Itali, Princess
Dragomiroff orang Rusia, Hildegarde Schmidt orang Jerman, dan kebangsaan
lainnya... terlalu beragam. Ketiga, kesaksian masing masing penumpang
membingungkan dan menjadikan penjelasan kejadian semakin ruwet.
Tapi jangan anggap enteng Poirot. Sel sel kelabu otaknya akhirnya
menemukan bahwa setiap orang yang saling tidak mengenal tersebut
mempunyai perannya masing masing. Dan mereka terhubungkan oleh peristiwa
masa lampau nun jauh disana, di benua Amerika. Amerika
di hebohkan oleh kasus kasus penculikan anak. Pelaku telah diketahui,
namun berhasil melarikan diri. Keluarga keluarga korban bertekad
membalas dendam. Mereka mulai mengintai dan merencanakan pengadilan
versi mereka.
Dan terjadilah pembalasan itu. Siapa
yang mengeksekusi? Dua belas tusukan terhadap Ratchtett si buron ini
membingungkan. Mengapa harus ditusuk belati. Mengapa harus dua belas
tusukan. Mengapa tusukannya berbeda beda. Mengapa tidak ada perlawanan,
padahal korban mengantongi pistol. Mengapa banyak barang bukti yang
malah makin bikin bingung penyelidikan. Poirot tidak terpedaya, sebab
yang membunuh adalah...
Behind the Story
Bagi pembaca pemula, karya Agatha Christie biasanya membuat mereka tercengang. Sering kali mereka dibuat bingung dengan dengan banyaknya tokoh yang berpotensi menjadi pembunuh. Namun seiring berjalannya waktu, anda mulai hafal dengan pola pola novel Agatha. Anda mulai bisa mereka reka calon pembunuh yang paling mungkin melakukan pembunuhan - walaupun sering kali salah tebak. Dalam panggung Agatha, selalu ada tokoh tokoh berikut: Setiap tokoh berpotensi menjadi pembunuh; Agatha tidak pernah mengulang pola cerita dan tokoh pembunuh yang sama dalam novel novel selanjutnya; Dia jelas jelas mengacak tokoh pembunuhan dari berbagai profesi, anggota keluarga, pembunuh tunggal atau kelompok, dan jenis kelamin.
Detektif. Biasanya diwakili Hercule Poirot, Jane Marple, Tommmy dan Tuppence, Parker Pyne, Mr. Harley Quin, atau tokoh tokoh baru selain yang disebutkan di awal. Detektif sebagai tokoh utama - tokoh protagonis, bisa jadi menjadi pembunuh. Kok bisa? nyatanya terjadi. Hercule Poirot menjadi pembunuh dalam 'Curtain' (Tirai).
Asisten Detektif. Biasanya Kapten Hastings atau Adriane Oliver. Namun sampai Poirot tutup usia, para asisten belum ada yang jadi pembunuh. Kapten Hastings hanya 'nyaris' jadi pembunuh dalam 'Tirai'.
Polisi. Ini yang sering tak disangka sangka, polisi menjadi pembunuh. Apalagi dengan kehadiran yang jarang, polisi tidak dihitung sebagai pembunuh. Mereka yang justru melacak si pembunuh. Nyatanya polisi menjadi pembunuh dalam 'Pembunuhan di Malam Natal' (Poirot's Christmas)
Dokter. Dokter biasanya dipanggil sebagai orang yang memastikan mengapa seorang tewas dan perkiraan waktu ketika dia tewas. Dalam beberapa novelnya, Agatha menjadi tokoh dokter menjadi pembunuh. Bisa anda temui dalam Pembunuhan atas Roger Ackroyd (The Murder Of Roger Ackroyd, 1926), dan Kartu Kartu di meja (Cards on the Table, 1936).
Bagi pembaca pemula, karya Agatha Christie biasanya membuat mereka tercengang. Sering kali mereka dibuat bingung dengan dengan banyaknya tokoh yang berpotensi menjadi pembunuh. Namun seiring berjalannya waktu, anda mulai hafal dengan pola pola novel Agatha. Anda mulai bisa mereka reka calon pembunuh yang paling mungkin melakukan pembunuhan - walaupun sering kali salah tebak. Dalam panggung Agatha, selalu ada tokoh tokoh berikut: Setiap tokoh berpotensi menjadi pembunuh; Agatha tidak pernah mengulang pola cerita dan tokoh pembunuh yang sama dalam novel novel selanjutnya; Dia jelas jelas mengacak tokoh pembunuhan dari berbagai profesi, anggota keluarga, pembunuh tunggal atau kelompok, dan jenis kelamin.
Detektif. Biasanya diwakili Hercule Poirot, Jane Marple, Tommmy dan Tuppence, Parker Pyne, Mr. Harley Quin, atau tokoh tokoh baru selain yang disebutkan di awal. Detektif sebagai tokoh utama - tokoh protagonis, bisa jadi menjadi pembunuh. Kok bisa? nyatanya terjadi. Hercule Poirot menjadi pembunuh dalam 'Curtain' (Tirai).
Asisten Detektif. Biasanya Kapten Hastings atau Adriane Oliver. Namun sampai Poirot tutup usia, para asisten belum ada yang jadi pembunuh. Kapten Hastings hanya 'nyaris' jadi pembunuh dalam 'Tirai'.
Polisi. Ini yang sering tak disangka sangka, polisi menjadi pembunuh. Apalagi dengan kehadiran yang jarang, polisi tidak dihitung sebagai pembunuh. Mereka yang justru melacak si pembunuh. Nyatanya polisi menjadi pembunuh dalam 'Pembunuhan di Malam Natal' (Poirot's Christmas)
Dokter. Dokter biasanya dipanggil sebagai orang yang memastikan mengapa seorang tewas dan perkiraan waktu ketika dia tewas. Dalam beberapa novelnya, Agatha menjadi tokoh dokter menjadi pembunuh. Bisa anda temui dalam Pembunuhan atas Roger Ackroyd (The Murder Of Roger Ackroyd, 1926), dan Kartu Kartu di meja (Cards on the Table, 1936).
Istri Dokter. Kalau tidak dokternya, mungkin istrinya. Coba simak dalam Saksi Bisu (Dumb Witness, 1937).
Perawat. Perawat memang potensial menjadi pembunuh. Mereka paham berbagai jenis obat juga racun. Ini terjadi dalam Mawar Tak Berduri (Sad Cypress, 1939).
Suami atau istri. Orang terdekat menjadi pembunuh, memang memungkinkan. bisa anda temukan dalam Kubur Berkubah (Dead man's Folly, 1956) atau dalam Pembunuhan Di Mesopotamia (Murder In Mesopotamia, 1936).
Mantan istri/suami atau mantan pacar. Orang yang didera api cemburu memang besar kemungkinan menjadi pembunuh. Simak di Menuju Titik Nol (Towards Zero, 1944) atau di Pembunuhan Di Sungai Nil (Death On The Nile, 1937).
Anak. Seorang anak (bukan kanak kanak, anak usia dewasa) bisa menjadi pembunuh. Bisa anda temukan dalam Hotel Bertram (At Bertram's Hotel, 1965) atau dalam Pembunuhan Di Pondokan Mahasiswa (Hickory Dickory Dock, 1955).
Anak belasan tahun. Ini menjadi tokoh yang paling tidak mungkin menjadi pembunuh. Bagaimana bisa? nyatanya bisa dalam Buku Catatan Josephine (Crooked House, 1949) dan Malam Tanpa Akhir (Endless Night, 1967).
Pembantu. Pembantu menjadi pembunuh dalam Setelah Pemakaman (After The Funeral, 1953).
Dukun. Aha! Di negara negara dengan tradisi mistik, pembunuhan oleh dukun dengan metoda spiritual bisa dilakukan. Tapi kalau Agatha percaya klenik, hmm rasanya noway! Tapi memang ada novel bertema klenik ini: Misteri Penginapan Tua (The Pale Horse, 1938).
Pembunuh terorganisir. Ada juga pembunuh yang terorganisir. Pembunuhnya bisa jadi kaki tangan atau otak organisasinya langsung. Temukan organisasi ini dalam Misteri Penginapan Tua (The Pale Horse, 1938).
Mata mata atau sindikat internasional. Wah, kalau yang ini pasti pembunuhnya adalah agen, mata mata atau anggota sindikat internasional. Novel Empat Besar (The Big Four, 1927) mewakili pembunuh tipe ini.
Dukun. Aha! Di negara negara dengan tradisi mistik, pembunuhan oleh dukun dengan metoda spiritual bisa dilakukan. Tapi kalau Agatha percaya klenik, hmm rasanya noway! Tapi memang ada novel bertema klenik ini: Misteri Penginapan Tua (The Pale Horse, 1938).
Pembunuh terorganisir. Ada juga pembunuh yang terorganisir. Pembunuhnya bisa jadi kaki tangan atau otak organisasinya langsung. Temukan organisasi ini dalam Misteri Penginapan Tua (The Pale Horse, 1938).
Mata mata atau sindikat internasional. Wah, kalau yang ini pasti pembunuhnya adalah agen, mata mata atau anggota sindikat internasional. Novel Empat Besar (The Big Four, 1927) mewakili pembunuh tipe ini.
Semua tokoh dalam cerita. Semua tokoh dalam cerita menjadi pembunuhnya? kejutan dari Agatha dalam Pembunuhan di Orient Espress (Murder in Orient Express, 1933).
Pembunuh yang tak pernah membunuh. Tokoh ini benar benar pembunuh, namun ia tak pernah melakukan pembunuhan. Ajaib ya (?) temukan tokohnya dalam 'Curtain' (Tirai).
Semua tokoh terbunuh, berarti tak ada pembunuh, atau tokoh terakhir adalah pembunuh yang bunuh diri. Lalu siapa yang melakukan pembunuhan? Ini statement yang membingungkan. Tapi rumus ini menjadikan novel Sepuluh Anak Negro (Ten Little Niggers 1939, And Then There Were None 1940) menjadi best sellernya Agatha Christie.
Orang yang paling tidak mungkin menjadi pembunuh biasanya adalah orang
yang berpeluang besar menjadi pembunuh. Mereka kebanyakan adalah orang
orang terdekat dalam lingkungan keluarga. Di beberapa novel, penjahat
beneran, kriminal murni, ada juga yang menjadi tokoh pembunuh, seperti
dalam Pembunuh Di balik Kabut (Why Didn't They Ask Evans? 1933). Namun penjahat penjahat ini jarang menjadi tokoh pembunuh sesungguhnya. Seringnya malah menjadi tokoh figuran saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar