Menuju Titik Nol (Towards Zero, 1944)
Bagaimana kalau istri dan mantan istri
dipertemukan dalam suatu tempat? Jawaban umum adalah: kikuk, cemburu,
marah. Tapi bagi Agatha Christie bisa juga berarti: pembunuhan!
Kehidupan suami istri Nevile dan Kay
Strange bak selebritas. Nevile adalah pria dengan pesona fisik, terang
saja, dia adalah petenis profesional turnamen Grand Slam - walaupun
pencapaian tertinggi hanya semifinal Wimbledon. Anda tahu lah, bagaimana
pers dan televisi memperlakukan mereka. Hidupnya dikelilingi kilatan
cahaya kamera dan sanjungan. Sedangkan Kay, tidak hanya cantik, tapi
sangat cantik. Sungguh pasangan yang sempurna. Pangeran dan Tuan Putri.
Bahagiakah mereka? Maunya begitu. Bagi Nevile, ini adalah pernikahan kedua.
Pernikahan terdahulu dengan wanita yang bernama Audrey Strange kandas. Namun demikian Nevile tetap menjaga hubungan baik dengan mantannya itu. Rupanya olah raga membuatnya tetap gentle dan sportif. Bahkan, hmmm... ia merencanakan liburan bersama di Gull's point, sebuah rumah di tepi sungai milik ibu walinya, Lady Camilla Tressilian, di desa Saltcreek. Aku, dia, dan mantan...
Rupanya liburan ini benar benar istimewa. Bukan saja tempatnya yang
eksotik, tapi juga orang orangnya. Bersama mereka datang juga beberapa
teman dan kerabat. So, pastinya seru dan menyenangkan. Tapi
nampaknya mereka datang dengan beban masa lalunya masing masing.
Sehingga tak urung salah satu tamu, tuan Treves, pengacara senior yang
dihormati di Inggris Raya mengungkapkannya sebagai menuju titik nol. Tuan Treves memang punya insting yang tajam. Dia pikir, di sinilah tempat
semua persoalan menuju titik akhir. Sesuatu akan terjadi. Dan memang
situasi yang berkembang menjadi akhir dari hidup tuan rumah, Lady
Tressilian. Beliau dibunuh dengan tongkat golf. Dan tertuduh yang paling
mungkin adalah Audrey Strange. Tamu lainnya mempunyai alibi yang lebih
kuat.
Sayang tak ada M Poirot, bibi Jane, atau Mr. Pyne. Masih untung ada Inspektur Battle. Seperti teori titik nol tuan Trevez, Battle berpendapat sebenarnya sasaran pembunuhan adalah Audrey. Sang pembunuh ingin melihat Audrey mati dengan penyiksaan yang panjang. Untuk itulah Audrey difitnah, dipermalukan, dihadapkan ke meja hijau. Namun siapa berharap kematian Audrey? Rupanya orang dengan mental menyimpang tidak selalu terlihat di permukaan. Di novel ini, Agatha menghadirkan dimensi baru pembunuhan. Orang yang dibenci tidak dibunuh. Orang lain yang dibunuh dengan maksud menimpakan kesalahan pada orang yang dibenci. Jenis penyakit jiwa yang parah, saya kira.
Sayang tak ada M Poirot, bibi Jane, atau Mr. Pyne. Masih untung ada Inspektur Battle. Seperti teori titik nol tuan Trevez, Battle berpendapat sebenarnya sasaran pembunuhan adalah Audrey. Sang pembunuh ingin melihat Audrey mati dengan penyiksaan yang panjang. Untuk itulah Audrey difitnah, dipermalukan, dihadapkan ke meja hijau. Namun siapa berharap kematian Audrey? Rupanya orang dengan mental menyimpang tidak selalu terlihat di permukaan. Di novel ini, Agatha menghadirkan dimensi baru pembunuhan. Orang yang dibenci tidak dibunuh. Orang lain yang dibunuh dengan maksud menimpakan kesalahan pada orang yang dibenci. Jenis penyakit jiwa yang parah, saya kira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar