Rabu, 29 Januari 2014

Setelah Pemakaman (After The Funeral, 1953)

Setelah Pemakaman (After The Funeral, 1953)


Kalau anda mengenal Rembrant sang maestro lukis, anda juga akan mengenal Vermeer, walau tak setenar orang yang disebut pertama. Di bursa lelang, nilai lukisan Vermeer bisa dihargai ribuan pound. Salah satu lukisan Vermeer yang berjudul ' Pelabuhan Polflexan ' dimiliki keluarga Abhernethie, keluarga aristokrat Inggris yang tinggal di Enderby Hall, sebuah rumah besar dari jaman Victoria yang dibangun dengan gaya gotik.
Lukisan kemudian berpindah tangan ke tangan si bungsu keluarga Abhernethie, Cora, yang setelah menikah bernama Cora Lansquenet. Dalam kesehariannya Nyonya Cora ditemani pembantunya yang santun bernama Nona Gilchrist. Salah satu sifat Cora yang menjengkelkan orang orang adalah sering mengatakan sesuatu - yang walaupun benar - pada saat yang kurang tepat. Dan kebiasaan ini membuatnya terbunuh......
Ceritanya begini. Kakak tertua dari keluarga Abhernethie, Richard, baru saja meninggal. Cora sebagai adik turut mengantar sampai pemakaman (funeral). Di sana lah Cora menunjukan sifat khasnya. Dia nyeletuk: " Richard dibunuh, kan?". Keesokan harinya Cora ditemukan tewas dikapak. Tidak sampai disitu, pembantunya, Nona Gilchrist, diracun arsenik walau akhirnya selamat.

Apa hubungan lukisan Vermeer, kematian Richard, kematian Cora, dan percobaan pembunuhan terhadap Nona Gilchrist? Poirot memahami kasusnya dengan fakta bahwa sebagai pewaris aristokrat, Cora bukanlah wanita berwawasan. Ia tidak menyadari nilai sesungguhnya dari lukisan Vermeer. Nona Gilchrist walaupun statusnya seorang pembantu, adalah anak dari seorang kritisi seni. Faham betul nilai sebuah lukisan. Dan sebuah rencana pun disusun.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar