Rumah Gema (The Hollow, 1946)
Menurut saya inilah drama melankolik terbaik yang ditulis Agatha
Christie. Bila anda penggemar novel drama dan kurang menyukai kerumitan
cerita detektif ala Agatha, novel ini cocok. Karakter karakter dalam
alur ceritanya mampu membuai dan memuaskan dahaga sentimental
pembacanya.
dr. John Christow. Hmm, bukan cuma pintar dan ramah seperti kebanyakan
dokter. Ia muda, menawan, dan mempunyai karir yang sempurna. Walaupun
sebagian orang menilainya egosentris, namun kebanyakan kaum hawa
memujanya sebagai pria tanpa cela. Tidak heran kalau sang dokter
melabuhkan hatinya kepada lebih dari satu wanita (Agatha emang genit).
Bagaimanapun, Gerda-lah yang dipilih
sebagai pasangan hidup John. Gerda yang sabar, lamban, kurang percaya
diri, tetapi memuja John bak Dewa. Ibu yang baik untuk anak anak.
Pasangan ini dikaruniai putra putri yang cantik. John yang santun
memperlakukan Gerda selayaknya istri sempurna. Namun naluri cinta dokter
resah mencari oase lain yang bisa menyejukkan keletihan jiwanya (he..he..itu baru macho man!).
Henrietta Savernake, tinggi semampai, mandiri, tipikal single happy.
Dia adalah artis pematung dengan reputasi Eropa. Kelebihannya lainnya
adalah mampu berempati dan memberikan kehangatan kepada orang di
sekitarnya. Dan Henrietta mencintai John.
Veronica, luar biasa cantik. Kecantikannya membawanya menjadi artis
Hollywood, impian banyak perempuan. Sebetulnya dia dan John telah
bertunangan. Namun John menolak hijrah ke Hollywood, ketika Veronica
bersikeras mengejar impiannya. Dan Veronica masih mencintai John.
Betul tebakan anda. Cinta segi empat yang rumit dan berujung maut. Lebih
seru lagi, bagaimana kalau keempatnya bertemu atas undangan suami istri
Angkatell, di rumahnya yang bernama The Hollow. Sebuah rumah yang
indah, dimana kolam renang menjadi kebanggan yang selalu dipamerkan
kepada para tamunya. Di kolam renang itu lah juga Hercule Poirot menjadi
saksi saat John Meregang nyawa. Dari tubuhnya yang ditembus peluru,
mengucur darah, menetesi kolam renang. Henriettaaa... erangnya lirih kepada Poirot. Apa arti erangan terakhir John buat Poirot?
Setelah itu perlahan semua orang menunjukan watak aslinya. Ada kecemburuan, dan takut kehilangan. Gerda tahu saat John melewatkan malam bersama Veronica. Naluri wanitanya pun mencurigai Henrietta lebih dari sekedar teman bagi John. Gerda yang pemalu berubah menjadi wanita berhati kejam dan licin untuk dijebak. Ada kesetiaan tiada banding dari Henrietta yang hampir menjadikannya korban kedua. Ada pesona maut Veronica yang kerap membuat John tak berdaya. Ia memang provokator sejati.
Setelah itu perlahan semua orang menunjukan watak aslinya. Ada kecemburuan, dan takut kehilangan. Gerda tahu saat John melewatkan malam bersama Veronica. Naluri wanitanya pun mencurigai Henrietta lebih dari sekedar teman bagi John. Gerda yang pemalu berubah menjadi wanita berhati kejam dan licin untuk dijebak. Ada kesetiaan tiada banding dari Henrietta yang hampir menjadikannya korban kedua. Ada pesona maut Veronica yang kerap membuat John tak berdaya. Ia memang provokator sejati.
Namun Poirot masih saja mengalami kesulitan menemukan pembunuh John.
Setiap petunjuk yang ditemui tidak mengarah kemana pun untuk membuat
terang perkara. Setiap barang bukti yang ditemukan tidak dapat dijadikan
alat untuk menetapkan salah seorang menjadi tersangka. Aneh. Wanita
wanita disekitar John saling melindungi, bahkan ketika John telah tiada.
Ah, wanita memang sulit dimengerti....
Behind The Story
Bila anda penggemar serius Agatha Christie, samar samar mungkin sering mendengar bahwa Agatha sebenarnya mulai kurang suka pada Hercule Poirot. Novel 'The Hollow' (1946) ini merupakan penampilan kembali Poirot setelah empat tahun absen. Selama empat tahun masa kekosongan Agatha nampaknya 'ngambek' dan membiarkan tokoh detektif Belgia itu menganggur. Tapi bukankah Hercule Poirot lah yang berjasa melambungkan nama Agatha Christie?
Keputusan awal Agatha untuk melahirkan Poirot memang jitu. Poirot adalah tipikal detektif generasi terbaru dengan metoda baru dalam menguak misteri pembunuhan. Eksperimen Agatha untuk menampilkan tokoh Tommy and Tuppence, Parker Pyne, dan Mr. Harley Quin tidak seberhasil Poirot. Hanya Jane Marple yang nampaknya bisa mengimbangi si Kumis.
Gelagatnya, para pembaca saat itu belum bisa menerima kehadiran wanita dalam dunia kedetektifan. Namun secara kontradiktif, semakin berjaya Hercule Poirot, semakin dalam ketidakberdayaan Agatha Christie melihat kenyataan bahwa dunia cerita kriminal adalah dunia laki laki. Walaupun Tuppence diciptakan lebih cerdas, namun Tommy lah bos di biro detektif. Bahkan kehadiran Miss. Marple pun digambarkan sebagai berkemampuan phisik lemah, dengan hobi merenda seperti kebanyakan wanita uzur. Kondisi demikian menumbuhkan perlawanan diam diam Agatha. Kenapa dia yang perempuan tak berdaya menciptakan tokoh perempuan yang lebih hebat dari Hercule Poirot. Maka dengan sangat 'terpaksa' Poirot diistirahatkan selama empat tahun itu. Empat tahun berikutnya setelah The Hollow, lagi lagi Poirot hanya dapat kerjaan dalam satu novel saja.
Semua orang berhak untuk tidak suka terhadap tokoh sebuah novel, bahkan jika pun itu pengarang yang melahirkannya sendiri.
Behind The Story
Bila anda penggemar serius Agatha Christie, samar samar mungkin sering mendengar bahwa Agatha sebenarnya mulai kurang suka pada Hercule Poirot. Novel 'The Hollow' (1946) ini merupakan penampilan kembali Poirot setelah empat tahun absen. Selama empat tahun masa kekosongan Agatha nampaknya 'ngambek' dan membiarkan tokoh detektif Belgia itu menganggur. Tapi bukankah Hercule Poirot lah yang berjasa melambungkan nama Agatha Christie?
Keputusan awal Agatha untuk melahirkan Poirot memang jitu. Poirot adalah tipikal detektif generasi terbaru dengan metoda baru dalam menguak misteri pembunuhan. Eksperimen Agatha untuk menampilkan tokoh Tommy and Tuppence, Parker Pyne, dan Mr. Harley Quin tidak seberhasil Poirot. Hanya Jane Marple yang nampaknya bisa mengimbangi si Kumis.
Gelagatnya, para pembaca saat itu belum bisa menerima kehadiran wanita dalam dunia kedetektifan. Namun secara kontradiktif, semakin berjaya Hercule Poirot, semakin dalam ketidakberdayaan Agatha Christie melihat kenyataan bahwa dunia cerita kriminal adalah dunia laki laki. Walaupun Tuppence diciptakan lebih cerdas, namun Tommy lah bos di biro detektif. Bahkan kehadiran Miss. Marple pun digambarkan sebagai berkemampuan phisik lemah, dengan hobi merenda seperti kebanyakan wanita uzur. Kondisi demikian menumbuhkan perlawanan diam diam Agatha. Kenapa dia yang perempuan tak berdaya menciptakan tokoh perempuan yang lebih hebat dari Hercule Poirot. Maka dengan sangat 'terpaksa' Poirot diistirahatkan selama empat tahun itu. Empat tahun berikutnya setelah The Hollow, lagi lagi Poirot hanya dapat kerjaan dalam satu novel saja.
Semua orang berhak untuk tidak suka terhadap tokoh sebuah novel, bahkan jika pun itu pengarang yang melahirkannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar