Pembunuhan atas Roger Ackroyd (The Murder Of Roger Ackroyd, 1926)
Cerita ini berlatar belakang Inggris era 1920an, di sebuah desa bernama
King's Abbot, tak jauh dari Cranchaster. Rencananya Hercule Poirot akan
menikmati masa pensiunya di desa ini, dan berjanji tidak akan lagi
menerima kasus kasus pembunuhan. Eh, tak dinyana pembunuhan terjadi tak
jauh dari rumahnya. Mana mungkin Poirot tidak peduli? Dia harus
melanggar janjinya sendiri...
Malam itu, sekitar 9.45 -10.00 terjadi pembunuhan atas Roger Ackroyd,
seorang tuan tanah dan industriawan sukses di rumahnya sendiri, Fernly
Park. Pada saat kejadian, dirumah tersebut terdapat Mayor Blunt, Tuan
Raymond, Nona Ackroyd, Nyoya Akcroyd, Parker, Nona Russel, Ursula
Bourne, Nyonya Cooper, Gladys Jones, Elsie Dale, dan Mary Thripp.
Kematian terjadi karena tusukan belati, dan dokter Sheppard yang
kemudian datang dan memeriksanya memerintahkan para pembantu untuk
menelepon dan melaporkan kasus ini kepada polisi. Polisi kemudian
meminta bantuan Mr. Poirot, eh bien?
Fakta lokasi menyebutkan bahwa Tuan Ackroyd masih hidup sekitar pikul
9.30 karena Parker mendengar tuannya masih berbicara dari ruang kerjanya
yang masih terkunci. Pembunuh nampaknya melakukan aksinya dengan
membuka jendela ruang kerja, membunuh, kemudian melarikan diri dengan
meninggalkan jejak sepatu. Sepertinya gampang menemukan pelakunya,
tetapi jalan cerita malah menjadi rumit. Orang yang melompat jendela
tidak pernah ditemukan. Penyelidikan berkembang dengan kecurigaan kepada
para penghuni rumah. Lagian, setiap orang yang berada di rumah itu
mempunyai kesempatan dan motivasi untuk melakukannya.
Mr. Poirot yang tak jadi pensiun. |
Dalam kisah ini, yang menjadi pencerita (narator) adalah dr. Sheppard.
Beberapa clue ditebar. Ingat ingat apabila anda menemukan orang yang
hobi mengotak atik tape recorder (selebihnya, hmm jangan ah, itu spoil...). Termasuk, siapa yang masuk duluan ke TKP! Maka tak heran beberapa versi gambar cover novel ini adalah: tape.
Banyak kalangan yang menyebut The Murder of Roger Ackroyd merupakan salah satu novel terbesar Agatha. Setuju banget. Novel ini terlalu jenius untuk dilewatkan. Metode pembunuhannya nyaris sempurna. Tidak ada lubang besar yang akan membuat kita ragu. Agatha coba lagi membuat pembunuhan serupa pada Pembunuhan di Malam Natal, 12 tahun kemudian. Dengan memutar pelakunya. Menurut saya lagi lagi sukses menjebak pembacanya. Tetapi novel belakangan tidak lagi main main dengan narator. Pasti ketahuan, dong.
Behind The Story
Dalam Hypnotic Writing karya Joe Vitale (Bapak Pemasaran Hypnotis),
disebutkan bahwa novel Agatha Christie telah diteliti oleh para ahli
(The Agatha Project) untuk mencari tahu penyebab mengapa orang orang
mencari novel-novel karangannya terus menerus, nyaris seperti ketagihan.
Menurut hasil penelitan itu, Agatha Chistie menggunakan teknik sastra yang mirip hipnoterapis, yang memiliki efek hipnosis bagi
para pembacanya. Penelitian itu mendapati bahwa frasa umum yang
digunakan Agatha bertindak sebagai pemicu untuk meningkatkan kadar
serotonin dan endorfin, dua kurir kimia dalam otak yang menimbulkan rasa
senang.
Ah, bagi saya Agatha memukau karena dia menciptakan karakter yang tak pernah ada sebelumnya. Dia tidak membebek Sherlock yang duluan ngetop. Dia melakukannya dengan lebih baik!
Ah, bagi saya Agatha memukau karena dia menciptakan karakter yang tak pernah ada sebelumnya. Dia tidak membebek Sherlock yang duluan ngetop. Dia melakukannya dengan lebih baik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar